Hubungan Indonesia-Turki Diawali Raja Jawa Raden Fatah

Menteri Industri dan Teknologi Turki, Mustafa Varank menjadi tamu kehormatan diresepsi HUT ke-77 Republik Indonesia di KBRI Ankara, 14 September 2022. (Foto KBRI Ankara)

ANKARA.NIAGA.ASIA –  ​Hubungan bangsa Indonesia – Turki telah terjalin pada Abad ke-15 ketika Raden Fatah, Raja Jawa pada masa itu, menerima pengakuan dari Kesultanan Ottoman. Manuskrip lain juga mengungkapkan bahwa pada Abad ke-16 ketika Kesultanan Ottoman dan Kesultanan Aceh berperang bersama melawan invasi Portugis di Sumatera.

Itulah sepenggal narasi video tayangan tentang Sejarah Hubungan Indonesia-Turki yang diputar pada Resepsi Diplomatik dalam rangka memperingati HUT RI ke-77 di KBRI Ankara (14/9/2022).

Resepsi tersebut menghadirkan Tamu Kehormatan, Menteri Industri dan Teknologi Turki, Mustafa Varank. Turut hadir pula Wakil Ketua DPR RI, Rachmad Gobel, Ketua Asosiasi Kontraktor Pertahanan, Ismail Demir dan Konjen RI Istanbul.

“Turki dan Indonesia, tidak hanya kawan, tapi adalah Saudara. Setiap saya mengetuk pintu, saya selalu disambut hangat, dan senantiasa dibantu, bahkan sebelum saya meminta bantuan” ungkap Duta Besar RI untuk Turki, Lalu Muhamad Iqbal menjelaskan kedekatan hubungan kedua bangsa.

Rachmad Gobel, yang juga menyampaikan sambutan menggarisbawahi pentingnya diplomasi dalam berbagai track, salah satunya diplomasi parlemen.

Sementara itu,  Mustafa Varank menyampaikan ucapan selamat atas kemerdekaan Indonesia, dan salam Presiden Erdogan kepada Pemerintah dan rakyat Indonesia.

Lebih lanjut dalam video sejarah hubungan kedua negara, disebutkan tentang hubungan formal Indonesia – Turki yang dibentuk pada tahun 1950. Pada April 1959, Presiden pertama RI, Ir. Sukarno, melakukan kunjungan ke Turki dan diterima oleh Perdana Menteri, Adnan Menderes.

Presiden Habibie yang berteman akrab dengan Necmettin Erbakan saat kuliah bersama di Aachen, Jerman, bersama-sama dengan mantan Perdana Menteri Turki tersebut memprakarsai pendirian D-8 pada Juni 1997, kelompok 8 (delapan) negara berkembang Muslim beranggotakan Bangladesh, Mesir, Indonesia, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan dan Turki.

Hubungan kedua negara telah mencapai babak baru pada April 2011 saat penandatangan “the Joint Declaration Indonesia – Turkiye: Towards an Enhanced Partnership in a New World Setting” di Jakarta oleh Presiden kedua negara saat itu.

Deklarasi mencakup komitmen penguatan kerjasama politik, keamanan, kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk industri strategis.

Kegiatan Resepsi Diplomatik ditutup dengan pertunjukan Angklung lagu Turki “Memleketim” (Tanah Airku) oleh Dharma Wanita Persatuan KBRI Ankara, tari Saman oleh Persatuan Pelajar Indonesia Afyonkarahisar dan tari Piring oleh penari Turki binaan KBRI Ankara, Swara Bhinneka. Kegiatan Resepsi dilaksanakan di Wisma Duta dan dihadiri oleh sekitar 500 orang undangan.  ​

Sumber: KBRI Ankara | Editor: Intoniswan

Tag: