Ilmuwan Afrika Selatan Deteksi Varian Corona Baru

Kamis (21/10) varian baru COVID-19 terdeteksi di Afrika Selatan yang menurut para ilmuwan mengkhawatirkan karena tingginya jumlah mutasi dan penyebaran cepat di kalangan anak muda di Gauteng, provinsi terpadat di negara itu. (AP Photo/Denis Farrell)

JOHANNESBURG.NIAGA.ASIA — Varian virus corona baru terdeteksi di Afrika Selatan. Ilmuwan mengkhawatirkan kemunculan varian baru itu karena angka mutasinya cukup tinggi dan menyebar cepat di kalangan anak muda di Gauteng, provinsi terpadat di Afrika Selatan. Demikian pernyataan Menteri Kesehatan Joe Phaaa, Kamis (25/11).

Virus Corona berevolusi saat menyebar dan banyak varian baru, termasuk yang memiliki mutasi yang mengkhawatirkan. Para ilmuwan memantau kemungkinan perubahan yang bisa lebih menular atau mematikan, tetapi memilah apakah varian baru akan memiliki dampak kesehatan masyarakat atau tidak.

Afrika Selatan telah mengalami peningkatan dramatis dalam infeksi baru, pernyataan Phaahla pada konferensi pers secara daring.

“Selama empat atau lima hari terakhir, ada lebih banyak peningkatan eksponensial,” katanya, dilansir Associated Press.

Dia menambahkan bahwa varian baru ditengarai mendorong lonjakan kasus. Para ilmuwan di Afrika Selatan sedang bekerja untuk menentukan berapa persentase kasus baru yang disebabkan oleh varian baru itu.

Saat ini diidentifikasi sebagai B.1.1.529, varian baru juga telah ditemukan di Botswana dan Hong Kong pada pelancong dari Afrika Selatan. Sebut Phaahla melanjutkan.

Kelompok kerja teknis Organisasi Kesehatan Dunia akan bertemu Jumat (26/11) untuk menilai varian baru dan dapat memutuskan apakah akan memberinya penamaan dari alfabet Yunani atau tidak.

Pemerintah Inggris mengumumkan bahwa mereka melarang penerbangan dari Afrika Selatan dan lima negara Afrika selatan lainnya efektif pada siang hari (12:00 GMT) pada hari Jumat. Selain itu, pun yang baru saja tiba dari negara-negara itu akan diminta untuk melakukan tes COVID-19.

Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan ada kekhawatiran varian baru mungkin lebih menular daripada strain delta dominan, dan vaksin yang ada saat ini mungkin kurang efektif.

Varian baru memiliki konstelasi mutasi baru, kata Tulio de Oliveira, dari Jaringan Pengawasan Genomik di Afrika Selatan, yang telah melacak penyebaran varian delta di negara tersebut.

“Jumlah mutasi yang sangat tinggi menjadi perhatian untuk prediksi penghindaran dan penularan kekebalan,” kata de Oliveira.

“Varian baru ini memiliki lebih banyak, lebih banyak mutasi, termasuk lebih dari 30 protein lonjakan yang memengaruhi penularan,” ujar de Oliviera.

“Kita bisa melihat bahwa varian ini berpotensi menyebar sangat cepat. Kami berharap untuk mulai melihat tekanan dalam sistem perawatan kesehatan dalam beberapa hari dan minggu ke depan,” sebutnya menambahkan.

De Oliveira mengatakan bahwa tim ilmuwan dari tujuh universitas Afrika Selatan sedang mempelajari varian tersebut. Mereka memiliki 100 genom utuh dan berharap memiliki lebih banyak lagi dalam beberapa hari ke depan.

“Kami prihatin dengan lompatan evolusi dalam varian ini. Kabar baiknya, itu bisa dideteksi dengan tes PCR (Polymerase Chain Reaction),” pungkas Oliviera.

Sumber : The Associated Press | Editor : Saud Rosadi

 

Tag: