Indonesia Bangun PLTS Terapung di Cirata

PLTS Terapung di Cirata, Jawa Barat. (Foto www.listrikindonesia.com)

JAKARTA.NIAGA.ASIA-Indonesia saat ini sedang membangun pembangkit listrik tenaga surya terapung pertama di Cirata (Jawa Barat), di atas lokasi reservoir pembangkit listrik tenaga air yang ada.

Kombinasi floating solar PV dan hydro bertujuan untuk mitigasi intermittent solar PV sekaligus memanfaatkan luas permukaan reservoir dari PLTA Cirata, dan tidak memerlukan pembebasan lahan.

Hal ini disampaikan Arifin pada Singapore International Energy Week 2020 bertema Creating Our Low Carbon Energy Together yang digelar secara hybrid, Selasa lalu.

Dalam pidatonya, Arifin menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 telah memicu penurunan ekonomi, menurunkan permintaan energi, serta mengurangi laju transisi energi bersih dan energi berkelanjutan.

Terkait hal tersebut, Arifin menilai produksi energi harus disesuaikan dan peluang-peluang baru perlu terus diciptakan.

“Indonesia memiliki misi untuk beralih dari energi konvensional ke energi terbarukan. Untuk itu, Indonesia telah menetapkan target pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi, yang diamanatkan dalam Kebijakan Energi Nasional dan Nationally Determined Contribution yang diserahkan pada UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change),” tegas Arifin.

Untuk mencapai target-target dimaksud, telah diimplementasikan aturan dan rencana aksi di berbagai sub-sektor, yang didukung pula oleh kegiatan pengembangan kapasitas dan penelitian-penelitian.

Indonesia juga berupaya menerapkan metode yang lebih cerdas dalam bisnis energi, sehingga industri energi nasional siap bersaing dalam pasar global industri 4.0.

Arifin memaparkan lebih lanjut bahwa saat ini Indonesia tengah melakukan peningkatan pemanfaatan energi terbarukan untuk jaringan ketenagalistrikan, menerapkan sistem manajemen energi untuk industri dan bangunan, juga mengembangkan proyek green fuel berbasis CPO yang ditargetkan siap berproduksi pada 2023.

Untuk mendukung pembangunan rendah karbon, pemerintah Indonesia juga telah menerapkan berbagai program efisiensi energi, termasuk mandatory energy management dan Minimum Energy Performace Standards.

Indonesia juga telah melakukan adopsi standar nasional sistem manajemen energi, yang secara bertahap akan menjadi standar nasional bagi industri,” kata Arifin.

Menutup pidato ini, Arifin mengungkapkan pentingnya peningkatan kerja sama internasional untuk mendukung pengembangan energi terbarukan.

“Dalam pengembangan energi terbarukan, kita tidak dapat berjalan sendiri mengingat kompleksnya tantangan transisi energi. Kerja sama internasional diperlukan untuk mendukung Indonesia menjadi mandiri serta lebih mampu dan berkualitas dalam persaingan industri energi global”, pungkas Arifin. (*/001)

Tag: