Internet Menjadi Media Penyubur Intoleransi, Kebencian dan Radikalisme

Diskusi Pelibatan Media Massa, Pers Kampus dan Aparatur Kelurahan tentang Literasi Informasi Dalam rangka Pencegahan Terorisme iselenggarakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalimantan Timur yang dipandu wartawan Sapos, M Shahab, Jumat (30/10/2020). (Foto Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Internet mengubah perilaku manusia, untuk berkomunikasi intensif dengan orang sepemikiran, sealiran, dan kesamaan selera tidak harus lagi melalui tetap muka. Internet sudah menjadi media komunikasi bagi orang mengintesifkan komunikasi hingga ke level tertinggi dan detail.

Internet selain punya sisi positif, juga punya sisi negatif, merenggangkan hubungan dalam keluarga inti, bahkan internet mejadi wadah menumpahkan sekaligus menyuburkan intoleransi, kebencian, radikalisme sampai ke terorisme.

Demikian butir-butir yang dapat disimpulkan dari sambutan Gubernur Kaltim, DR. Ir. H Isran Noor, M.Sc yang dibacakan Kepala Biro Pemerintahan Drs. Deni Sutrisno, M.Si, Letkol (laut) Setyo Pranowo, SH, MM, Kepala Seksi Partisipasi Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), serta Ketua FKPT Kaltim, H Drs. Ahmad Jubaidi, S.Sos, M.Si, Tim Media BNPT, Willy Pamudya dalam kegiatan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalimantan Timur tentang Pelibatan Media Massa, Pers Kampus dan Aparatur Kelurahan tentang Literasi Informasi Dalam rangka Pencegahan Terorisme di Samarinda yang dipandu wartawan Sapos, M Shahab, Jumat (30/10/2020).

Menurut Isran, sikap intoleran yang banyak ditemui sekarang ini tidak sesuai dengan nilai-nilai agama maupun ideologi negara, Pancasila. Begitu pula dengan budaya kekerasan.

“Intoleran dan kekerasan sangat mudah ditemukan di media sosial,” ucapnya.

Gubernur menjelaskan, sesuai dengan akar budaya bangsa dan kondisi faktual bangsa yang serba beragam, yang diperlukan untuk dikembangkan adalah sikap moderat.

“Perlu dibangun budaya moderat dan peningkatan pemahaman akan akar budaya bangsa, dalam rangka melawan sikap intoleran dan terorisme,” tegasnya.

Peserta Diskusi Pelibatan Media Massa, Pers Kampus dan Aparatur Kelurahan tentang Literasi Informasi Dalam rangka Pencegahan Terorisme iselenggarakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalimantan Timur, Jumat (30/10/2020). (Foto Niaga.Asia)

Sementara Letkol (Laut) Setyo Pranowo, SH, MM, Kepala Seksi Partisipasi Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menambahkan, paham kekerasan dan rekruitmen dikalangan teroris kini lebih banyak melalui internet atau medsos, atau bukan lagi melalui tatap muka.

“Remaja banyak dibait jadi teroris lewat online,” katanya.

Kaum remaja perempuan paling rawan terpapar paham kekerasan atau terorisme memalui komunikasi di internet.

“Peran orangtua mengecek dengan siapa anak-anaknya berkomunikasi sangat diharapkan,” kata Setyo.

Ketua FKPT Kaltim, H Drs. Ahmad Jubaidi, S.Sos, M.Si juga membenarkan hal tersebut, sehingga sekarang programnya dalam pencegahan penyebaran terorisme tidak hanya dilakukan melalui dialog secara tatap muka, tapi juga melalui internet, dan media sosial.

“Kami membuat konten-konten kreatif dan menyebarkannya melalui medsos mengingatkan bahaya terorisme,” tandasnya.

Tim Media BNPT, Willy Pamudya mengungkapkan, remaja dan pemuda di Indonesia sangat gampang dipengarugi paham kekerasan, radikalisme  melalui internet karena, jumlah pengguna internet yang menghabiskan waktunya berkomunikasi diaplikasi medsos sangat banyak.

“Ada 36 juta orang Indonesia terhubung dengan internet selama 8 jam setiap hari,” ujarnya.

Selain itu ada 26 juta orang yang  bercakap-cakap melalui medsos selama 3 jam per hari, sebanyak 52 juta orang menonton televisi selama 2 jam per hari, dan yang mendengarkan lagu-lagu selama 1 jam per hari sebanyak 22 juta orang.

“Percakapan di medsos itu sebagian besar membahas informasi yang belum diuji kebenarannya. Bahkan di medsos tersebar informasi bahwa yang mengagung-agungkan orang yang melakukan tindak kekerasan,” kata Willy. (001)

Tag: