NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Sangat tergantung dengan transportasi air (sungai) yang mahal, anggota DPRD Nunukan asal Lumbis, Karel Sampoton meminta Dinas Perhubungan Provinsi Kaltara dan Kabupaten Nunukan memperbaiki lapangan terbang (lapter) perintis di Tau Lumbis, Kecamatan Lumbis Ogong agar bisa difungsikan kembali dalam rangka memudahkan mobilitas orang dan barang.
“Lapter itu 2007 bisa didarati pesawat, sejenis digunakan MAF. Setelah itu tak pernah dirawat, padahal akses ke Lumbis yang paling mudah dan murah itu satu-satunya lewat udara,” kata Karel Sampotan pada Niaga.asia, Senin (26/02).
Menurutnya, lapter Tau Lumbis sangat dibutuhkan masyarakat lewat udara sebab, kalau menggunakan transportasi air (sungai) masyarakat yang ingin keluar wilayah Lumbis Ogong perlu waktu 7 jam melintasi sungai jeram. Transportasi air juga tergantung tinggi rendahnya permukaan air sungai.
Lapter Tau Lumbis sendiri dibangun lebih 30 tahun lalu oleh misi gereja dengan transportasi penerbangan MAF. Landasan bandara berada di pinggir sungai dan disisi bagian ujung terdapat rumah milik warga. “Tahun 2014 pernah kita ajukan perbaikan bandara dan difungsikan lagi, tapi katanya terkendala rumah warga dibagian ujung landasan,” beber Karel.
Untuk memfungsikan lapter itu, Karel menyarankan pemerintah membebaskan lahan bandara yang saat ini masih milik warga, setidaknya ada 5 rumah warga dan jika terus dibiarkan, jumlah rumah semakin banyak.
Sering perkembangan penduduk, masyarakat Lumbis Ogong juga meminta pemekaran kecamatan menjadi tiga, tujuan pemekaran adalah untuk mempercepat pelayanan administrasi dari pemerintah ke rakyat.
Lumbis Ogong berada diujung NKRI yang daratannya berbatasan dengan Sabah, Malaysia. Sebagian warga memiliki identitas ganda sebagai warga Indonesia dan Malaysia, bahkan anak-anak mereka memiliki May Card. “Mereka punya identitas Malaysia sekedar mempermudah masuk kesana membeli kebutuhan rumah tangga dan berobat,” jelasnya.
Karel memastikan, warga Lumbis Ogong akan lebih memilik membeli produk Indonesia apabila transportasi dipermudah. Saat ini warga kesulitan mendapatkan akses perjalanan keluar daerah dan terputus dari kelompok masyarakat lain.
Sekarang, semua keperluan darurat pasien dikirim ke Malaysia dan kejadian-kejadian seperti ini sangat menyedihkan, warga disana harus menggotong pasen sakit melintasi jalan setapak demi sampai ke perbatasan dan hospital Malaysia. “Tolong provinsi dan kabupaten perhatikan tuntutan masyarakat disana, mereka warga NKRI dan mereka setiap kepada Indonesia menjaga garis perbatasan,” tutup Karel. (002)