Kekurangan Personel, BPBD Kutim “Kewalahan” Tangani Karhutla

AA
Kepala BPBD Kutim, Syafruddin berikan penjelasan saat rakor karhutla lanjutan diruang Meranti, Kantor Bupati Kutim. (foto: Fuji Humas)

SANGATTA.NIAGA.ASIA-Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di sejumlah kawasan di Kutai Timur (Kutim) menjadi perhatian khusus semua pihak. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim mengerahkan seluruh personel yang bekerja untuk turun langsung lapang guna menaklukan si jago merah yang melalap hektaran hutan dan lahan, namun apadaya keterbasan selalu ada.

Kepala BPBD Kutim, Syafruddin menyampaikan dirinya mengakui kewalahan saat menangani Karhutla, dikarenakan keterbatasan tenaga atau personel laki-laki untuk dilapangan.

“Saat ini, personel BPBD terbatas, sekitar kurang lebih 81 pegawai yang dimiliki. 32 persennya adalah perempuan yang artinya lebih dominan perempuannya dibanding laki-laki, terlebih lagi dibidang tenaga adminitrasi,” kata Syafruddin saat memberikan sambutan dalam rakor karhutla lanjutan diruang Meranti, Kantor Bupati Kutim, Kamis (19/9/2019).

Ia menuturkan jika ada bencana seperti karhutla dia bersama rekan BPBD Kutim kewalahan dalam menangani dan menanggulangin. Kewalahan dari sisi tenaganya, terlebih sampai ada tenaga adminitrasi juga terjun kelapangan untuk memback up.

“Analisa kebutuhan pegawai untuk BPBD memerlukan 150 pegawai seharusnya. Namun sekarang hanya separuhnya ada di BPBD Kutim,” jelasnya.

Untuk memaksimalkan pencegahan dan pemadaman api pihaknya mengimbau pihak atau instansi terkait seperti pemadam kebakaran(PMK), PDAM, dinas PU dan LH. Lebih daripada itu juga termasuk perusahaan dan masyarakat untuk membantu tim jika terjadi karhutla.

Dirinya juga mengimbau masyarakat tidak melakukan pembakaran pada saat membuka lahan pada musim kemarau saat ini, guna menghindari kebakaran yang merembet luas yang sulit dipadamkan.

“Kami juga perlu meluruskan meski kebakaran hutan dan lahan merupakan sepenuhnya tanggungjawab BPBD namun sesuai amanat undang-undang bahwa kebakaran hutan maupun lahan merupakan tugas kita bersama. Jika ada kebakaran hutan dan pemukiman semua bisa mengambil peran jangan sampai jadi hanya penonton,” tegas Syafruddin.

Kalau masyarakat paham akan dampak yang ditimbulkan tentu tidak melakukan pembakaran lahan. Hal itupula bertujuan meringankan tugas terkait khususnya BPBD Kutim. Adanya karhutla di sejumlah daerah menyebabkan kabut asap yang mengganggu kesehatan.

“Kami (BPBD Kutim) terus berupaya meningkatkan pengawasan di beberapa desa yang rawan terjadi karhutla. kami juga melakukan rapat koordinasi semua pihak terkait guna memaksimalkan partisipasi dalam pencegahan karhutla,” ungkapnya.

Syafruddin mengimbau kepada Distan Kutim agar bisa membantu pencegahan dengan memaksimalkan peran penyuluh pertanian lapangan (PPL) agar dapat mengawasi lahan para petani supaya tidak melakukan pembakaran lahan. (hms7)

Tag: