Keprihatinan Mendalam Tenaga Kesehatan, Covid-19 di Kaltim Mirip Air Bah

Tekanan emosional yang dirasakan petugas medis yang merawat kasus Covid-19 kerap terlampau berat. (Ilustrasi/net)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Lonjakan kasus harian lebih 1.000 kasus dalam empat hari terakhir ini di Kalimantan Timur. Tenaga kesehatan sudah kewalahan. Mereka kembali terpapar Covid-19. Pandemi Covid-19 kali ini sudah mirip air bah.

Laporan Dinkes Kalimantan Timur, 9-12 Juli 2021 ada penambahan 4.218 kasus positif Covid-19 baru dengan 133 kematian. Kasus positif aktif berjumlah 9.950 kasus. Fasilitas kesehatan mulai keteteran. Berikut juga dengan tenaga kesehatan.

Dinas Kesehatan Kaltim terus berkoordinasi dengan Kemenkes RI. Intruksi Jakarta meminta agar kapasitas rumah sakit dioptimalkan demi menambah kapasitas tempat tidur rawat inap pasien Covid-19 yang rata-rata bergejala berat.

“Itu arahan pusat memang ada arahan tingkatkan kapasitas tempat tidur di rumah sakit,” kata Kepala Dinkes Kalimantan Timur dr Padilah Mante Runa, kepada Niaga Asia, Selasa (13/7).

Segala upaya di tengah keterbatasan tenaga kesehatan, opsi memaksimalkan kapasitas rawat inap di rumah sakit pun dijalankan. Tentu ada harga yang harus dibayar mahal berimbas pada perawatan pasien non Covid-19.

“Kita sudah usahakan, begitu banyak rumah sakit menambah, mengembangkan pelayanan. Yang awalnya itu ruangan untuk perawatan saraf, sekarang ditutup dan semua untuk pasien Covid-19,” ujar Padilah menerangkan.

Ilustrasi ruang perawatan isolasi Tulip di RSUD AW Sjachrani Samarinda (Foto : Niaga Asia)

Alih Fungsi Ruang di RSUD AWS

RSUD AW Sjachranie Samarinda milik Pemprov Kalimantan Timur, memang jadi rumah sakit rujukan terbesar. Padilah pun menggambarkan kondisi terkini RSUD AW Sjachranie.

“Di RSUD AW Sjacheanie misalnya. Ada 7 ruangan perawatan Covid-19 dari yang awalnya satu ruangan saja, ruang Dahlia. Sekarang antara lain ruang Angsoka, Flamboyan, Mawar, Seruni, ada 7 ruangan dan semua jadi ruangan Covid. Tidak terima lagi pasien non Covid-19. Semua dianggap tempat tidur ruang Covid-19,” ungkap Padilah.

Opsi menyediakan tenda darurat di lingkungan RSUD AW Sjachranie pun dirasa mustahil. Alasan mengemuka disampaikan Padilah adalah soal ketersediaan tenaga kesehatan (Nakes).

“Misal mau dirikan tenda di rumah sakit, tenaganya (tenaga kesehatan) tidak ada Pak,” sebut Padilah.

Tenaga kesehatan sebagai vaksinator saat menyuntikkan vaksin (Foto : setkab.go.id)

Nakes Kembali Terpapar Covid-19

Tenaga kesehatan di RSUD AW Sjachranie pun saat ini memprihatinkan. Meski sudah divaksin dua kali dosis, mereka kembali terpapar Covid-19. Itu menjadi kekhawatiran tersendiri saat ini.

“Sekarang RSUD AW Sjachranie itu, tenaga kesehatannya terpapar 100 orang. Kita bisa tumbang kalau dipaksakan. Kalau tenaga kesehatan tumbang, lumpuh. Siapa yang mengobati kita,” ungkap Padilah.

Pemerintah melalui Kemenkes RI berencana memberikan dosis ketiga bagi para Nakes, agar memberikan perlindungan tambahan dari Covid-19. “Saya tidak komentar kalau belum ada lihat suratnya sampai di saya,” sebut Padilah.

Padilah menyoroti masyarakat yang berprilaku tidak semestinya, terutama yang sudah menerima dua kali dosis vaksin Covid-19.

“Vaksin itu, kalau kita terpapar tapi akan menjadi gejala ringan. Boleh kita kena Covid-19 tapi gejala ringan. Boleh kena Covid asal jangan di rumah sakit. Boleh di rumah sakit asal jangan di ICU (Intensive Care Unit),” jelas Padilah.

“Jangan langsung setelah vaksin merasa bebas, aku tidak usah protokol kesehatan karena sudah tahan banting dengan Corona. Bukan begitu caranya,” tegas dia.

Fakta sekarang pun yang ada saat ini, bagi mereka yang sudah vaksin umumnya merasa kebal lalu bebas nongkrong di tempat keramaian.

“Kesehatan selalu jadi korban. Kita tenggelam bukan lagi banjir tapi seperti air bah. Jangan sampai lumpuh dengan tidak patuh protokol kesehatan,” jelas Padilah mengingatkan.

Padilah juga mengungkap, di Dinkes Kalimantan Timur pun pegawainya ikut terpapar Covid-19.

“Di Dinkes ada 18 positif. Corona tidak pandang dokter, nakes tetap kena. Rata-rata kena ya bisa dari kluster rumah tangga,” tutup Padilah.

 

Penulis : Saud Rosadi | Editor : Saud Rosadi

Tag: