Keseimbangan Kunci Pengembangan Eksyar Inklusif dan Berkelanjutan

International Islamic Monetary Economics and Finance Conference & Call for Papers (IIMEFC) ke-8 yang mengangkat tema “Accelerating Inclusive and Sustainable Recovery with Sharia Economy: Issues, Challenges, and Prospects” diselenggarakan secara hibrid di Jakarta (5/10).  (Foto Bank Indonesia)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Prinsip dasar ekonomi Syariah adalah menjunjung tinggi keadilan, keseimbangan, dan kelestarian lingkungan. Hal ini menjadi semakin relevan dalam memitigasi ketimpangan sosial ekonomi pascapandemi di tengah ketidakseimbangan yang ditimbulkan dari aktivitas perekonomian.

Terdapat 3 esensi utama dalam memaknai kembali konsep keseimbangan ekonomi. Hal tersebut menjadi kunci dalam proses pemulihan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, pertama, penajaman indikator pengukuran kemajuan ekonomi, dimana juga mempertimbangkan indikator kelestarian lingkungan selain indikator ekonomi konvensional seperti Produk Domestik Bruto (PDB).

Kedua, inklusivitas guna menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan distribusi ekonomi ke masyarakat secara merata, ketiga, inovasi dan efisiensi antara lain melalui pemanfaatan digitalisasi secara luas.

Demikian mengemuka dalam pembukaan International Islamic Monetary Economics and Finance Conference & Call for Papers (IIMEFC) ke-8 yang mengangkat tema “Accelerating Inclusive and Sustainable Recovery with Sharia Economy: Issues, Challenges, and Prospects“.

Kegiatan ini juga menjadi salah satu rangkaian pada puncak acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2022 yang diselenggarakan secara hibrid di Jakarta (5/10).

Penyelenggaraan konferensi internasional dan call for papers ini diharapkan dapat memberikan masukan baik dalam konteks penyusunan kebijakan maupun dalam tataran akademis khususnya dari perspektif ekonomi dan keuangan Islam.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan langkah strategis guna mencapai ekonomi inklusif dan berkelanjutan, di antaranya memaksimalkan kekuatan kebersamaan, the power of we, the power of jama’ah, serta menciptakan dan mendesain proyek ekonomi yang digital, inklusif, dan hijau yang dapat dimulai dari pesantren sebagai salah satu potensi ekonomi umat yang besar.

“Lebih lanjut, mendesain dan mengembangkan struktur keuangan berbentuk blended finance yang merupakan kombinasi commercial dan social finance, serta memanfaatkan dan mengakselerasi digitalisasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi,” ungkap Perry.

Pada penyelenggaraan IIMEFC tahun ini, tiga prominent scholars memberikan pemaparan terkait dengan isu ekonomi hijau, inklusi perekonomian, dan prinsip-prinsip shariah. Pertama, Prof. Christopher Gan dari Lincoln University – New Zealand, berbicara tentang beragam isu dan tantangan ekonomi hijau khususnya pada muslim countries. Nilai moral dan prinsip syariah yang mendorong penjagaan kelestarian alam tentu sejalan dengan kampanye ekonomi hijau dan pembangunan yang keberlanjutan.

Kedua, Prof. Iwan Jaya Azis dari Cornell University – USA memaparkan tentang peluang dan tantangan percepatan pemulihan inklusif melalui ekonomi syariah berdasarkan beberapa aspek, seperti aspek konsep ekonomi, sumber daya manusia, dan budaya.

Ketiga, Dr. Ziyaad Mahomed dari INCEIF – Malaysia menjelaskan perspektif prinsip-prinsip syariah dan kaitannya dengan aplikasi ekonomi dan keuangan syariah yang dikembangkan saat ini.

Sementara Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono menambahkan, pada konferensi tahun ini, telah berhasil menghimpun 200 karya tulis ilmiah dari 21 negara sebagai bagian penguatan konsep pengembangan ekonomi syariah yang inklusif.

“Melalui proses seleksi yang ketat, melibatkan komite ilmiah dari Bank Indonesia dan mitra institusi baik di dalam maupun luar negeri terpilih 48 karya tulis terbaik yang dipresentasikan,” ujarnya.

Setelah melalui proses peer-review reguler, karya-karya tulis tersebut nantinya akan dipertimbangkan untuk dipublikasikan dalam Journal of Islamic Monetary Economics and Finance (JIMF). JIMF merupakan publikasi “flagship” Bank Indonesia sejak tahun 2015 yang telah terakreditasi di tingkat nasional Sinta 1 (Science and Technology Index) pada Juli 2022 yang merupakan tingkat akredetasi nasional tertinggi dan di tingkat internasional telah terindeks SCOPUS pada April 2022. Pencapaian ini menjadikan JIMF satu-satunya jurnal eksyar di Indonesia yang terindeks internasional (SCOPUS).

“Sebagai upaya untuk mendorong penguatan ekosistem riset akademis dan kebijakan di bidang ekonomi-keuangan syariah di tanah air, Bank Indonesia terus meningkatkan kualitas JIMF sebagai jurnal ilmiah rujukan utama di tingkat global,” paparnya.

Penyelenggaraan konferensi internasional dan call for papers ini juga selaras dengan visi Bank Indonesia untuk berkontribusi secara nyata pada perekonomian, melalui peningkatan kualitas riset akademis dan kebijakan, serta pengembangan sumber daya manusia yang unggul di bidang riset ekonomi.

Sumber: Departemen Komunikasi Bank Indonesia | Editor: Intoniswan                    

Tag: