Ketua KTNA: Produksi Beras Kaltim Masih 40% dari Kebutuhan

Ketua Umum KTNA ( Kontak Tani Nelayan Andalan ) Nasional Ir HM Yadi Sofyan Noor SH. (Foto Hoesin KH/Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Produksi beras Kaltim  untuk saat ini masih belum bisa mencukupi kebutuhan warga Kaltim, karena baru menutupi 40% dari kebutuhan, sehingga untuk menutupinya didatangkan beras dari luar daerah

“Produksi beras di Kaltim hanya berkisar 40 persen. Dan kekurangannya itu didatangkan dari provinsi lainnya, seperti dari Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan beberapa provinsi lain,” Ketua Umum KTNA ( Kontak Tani Nelayan Andalan ) Nasional Ir HM Yadi Sofyan Noor SH di kediamannya Jln Wahid Hasyim Sempaja Samarinda pada Niaga.Asia, Selasa (1/10/2022).

Meski demikian, menurut Yadi Sofyan, itu tidak menimbulkan masalah, karena pasokan 60% dari luar daerah selama ini berjalan lancar, sehingga tidak pernah ada kekurangan stok beras dan harga juga stabil di Kaltim.

“Selama ini kan aman-aman saja, karena suplay terjaga, aman,” ujarnya.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, total produksi padi di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) selama 2021 sekitar 244.677,96 ton GKG (Gabah Kering Giling), atau menurun sebesar 17.756,56 ton (6,77 persen) dibandingkan 2020.

Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi padi pada 2021 setara dengan 142.321,38 ton beras, atau menurun sebesar 10.328,46 ton (6,77 persen) dibandingkan dengan produksi beras pada 2020.

Dikatakan Yadi Sofyan, stok beras secara nasional untuk saat ini bisa dikatakan aman, bahkan boleh dikatakan melimpah, serta mengalami peningkatan dibandingkan produksi tahun 2021 lalu. Produksi beras juga tersebar merata di berbagai daerah penghasil beras.

“Produksi padi tahun 2022 meningkat tajam dan diperkirakan mencapai 32, 07 juta ton,” tegas Yadi Sofyan.

Ditambahkan Yadi Sofyan, melansir data BPS ( Badan Pusat Statistik) produksi tahun 2022 meningkat sekitar 2,29 persen dibanding tahun 2021 lalu yang mencatat produksi 31,36 juta ton.

Produksi Oktober-Desember 2022, diperkirakan mencapai 5, 90 juta ton, meningkat 0,78 juta ton, atau 15,12 persen dibandingkan tahun 2021 yang hanya 5,13 juta ton.

” Dengan demikian stok beras boleh dikatakan melimpah. Stok itu tersebar di penggilingan, pedagang, rumah tangga dan lainnya,” papar Yadi Sofyan.

Dan untuk menjaga stabilitas beras nasional, pemerintah mentargetkan hingga akhir tahun, serapan beras di Perum Bulog harus mencapai 1,2 juta ton.

“Saat ini serapan beras Bulog, tidak mencapai target 1 tahun sebanyak 1,6 juta ton. Hal itu disebabkan Bulog agak ragu mau melepaskan kemana? Sepertinya Bulog kesulitan melepas beras karena tidak adanya program renstra lagi,” papar Yadi Sofyan.

Diharapkan Yadi Sofyan, Bulog diberi tugas menyerap produksi beras Oktober-Desember 2022, dengan fleksibilitas harga dan nilai komersil.

Dari data panen September-Desember 2022, Jawa Timur berpotensi menghasilkan panen sebanyak 1,15 juta ton, Jawa Tengah sebesar 1,01 juta ton, Jawa Barat 1,55 juta ton, sedangkan Sulawesi Selatan mencapai 1,16 juta ton. Belum lagi hasil panen provinsi lain.

“Ini kan potensi beras yang bisa diserap Bulog,” tandas Yadi Sofyan Noor.

Penulis: Hoesin KH | Editor: Intoniswan

Tag: