Lebaran di Rutan Samarinda: Air Mata di Balik Tembok Penjara

Momen warga binaan saat melakukan panggilan video silaturahmi virtual usai Salat Idulfitri, Senin 2 Mei 2022 (Foto : niaga.asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kebahagiaan lebaran Idulfitri turut mewarnai antarwarga binaan pemasyarakatan (WBP) Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IIA Samarinda. Namun di sela itu mereka menyimpan kerinduan begitu dalam untuk berlebaran bersama keluarga.

Wartawan niaga.asia berkesempatan melaksanakan salat Idulfitri hari Senin di lapangan dalam Rutan. Para WBP saling bersalaman usai salat.

Suasana begitu akrab. Mereka saling maaf memaafkan. Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir Batin. Begitu kalimat tidak jarang terdengar dari omongan mereka pagi itu. Tanpa terkecuali bersalam-salaman bersama petugas Rutan.

Tidak kurang dari 500 orang ummat muslim di Rutan merayakan Idulfitri. Mereka berbaur. Tidak sedikit dari mereka melepas canda dan tawa. Meski sarung, meski baju koko dan peci masih melekat di badan dan kepala mereka.

Menengok jarum jam, waktu itu menunjukkan pukul 09.10 WITA. Ada pemandangan bikin terenyuh di satu ruangan yang biasa digunakan untuk jenguk pengunjung. Lebih dari 8 orang warga binaan, pandangannya tertuju pada ponsel di hadapan. Ada yang senang, ada pula yang bersuara lirih menahan sedih dan rindu.

Ternyata mereka sedang melakukan panggilan video (video call). Tak lain tak bukan bersilaturahmi bersama istri, ibu, anak dan keluarga di rumah di hari lebaran. Fasilitas silaturahmi virtual di hari lebaran memang disediakan Rutan Samarinda bagi warga binaan.

Tahun ini adalah tahun kedua lebaran virtual bagi warga binaan. Itu bukanlah tanpa dasar. Acuannya pada edaran Kemenkumham yang masih memutuskan meniadakan kunjungan langsung lebaran Idulfitri di Rutan dan Lapas di seluruh penjuru negeri. Mengingat saat ini masih di situasi pandemi COVID-19.

Warga binaan berbaur saling bersilaturahmi dan maaf memaafkan usai Salat Idulfitri (Foto : niaga.asia)

Satu di antara warga binaan itu adalah Syamsuddin (39). Tiba giliran dia melakukan video call. Namun dia mungkin mesti lebih bersabar lagi. Usaha dia melakukan video call kepada istrinya tidak kunjung direspons sang istri.

Dia kembali berdiri dari kursinya, lalu mundur beberapa langkah dari barisan warga binaan yang melakukan silaturahmi virtual. Ketimbang menunggu lama, Syamsuddin mempersilakan rekannya yang lain untuk bergantian maju menelpon keluarganya.

“Saya telepon (video call) istri saya tadi, tapi tidak diangkat. Saya mundur dulu, persilakan yang lain menelpon. Gantian. Nanti setelah itu baru saya coba lagi,” kata Syamsuddin saat ditemui pagi itu.

Syamsuddin bercerita dia menjadi narapidana usai divonis 5 tahun terkait kasus narkoba. Tiga bulan ini di balik jeruji besi tanpa ada kunjungan atau besuk dari istri atau keluarganya.

“Istri saya di Sangasanga. Tidak datang jenguk mungkin karena lokasi jauh ke sini,” ujar Syamsuddin merespons pertanyaan.

Satu kalimat yang sangat ingin dia sampaikan kepada sang istri. Mohon Maaf Lahir Batin. Permohonan itu akan dia utarakan karena praktis sang istri saat ini harus mencari nafkah untuk biaya hidup dan juga membiayai kedua putri mereka yang masih bersekolah.

Kepala Rutan Kelas IIA Samarinda Alanta Imanuel Ketaren ikut saling berjabat tangan maaf memaafkan bersama warga binaan (Foto : niaga.asia)

“Karena saya selama ini jadi tulang punggung keluarga,” ungkap Syamsuddin dengan mata berkaca-kaca.

“Saya bersalah, melanggar hukum dan wajar dihukum. Saya terima saja. Namanya manusia ada kekurangan. Perasaan sedih itu pasti ada. Mau bagaimana lagi?” jelas Syamsuddin.

Masih diutarakan dia, sejak awal puasa Ramadan hingga tiba malam takbiran, sedih itu semakin menjadi-jadi.

“Ini pertama kalinya saya di sini (penjara). Biasanya sahur dan puasa bersama anak dan istri. Tapi kondisi seperti ini mau bagaimana lagi. Alhamdulillah teman-teman di sini cukup baik. Tinggal kita, diri sendiri baik-baik membawa diri,” ungkapnya lagi.

Syamsuddin senang dengan adanya fasilitas panggilan video silaturahmi virtual yang disediakan Rutan Samarinda. Paling tidak dia berharap bertemu sang istri dan kedua putrinya meski hanya sebatas pada layar ponsel berukuran 6,4-6,5 inchi. Tujuannya hanya untuk melepas kerinduan.

InsyaAllah saya bisa bersabar menjalani ini semua,” tutup Syamsuddin.

Penulis : Saud Rosadi | Editor : Saud Rosadi

Tag: