Melegenda di Samarinda, Minyak Gosok Aunur Rofiq Ini Tak Lekang Zaman

Muhammad Faisal saat bertandang di kediaman Aunur Rofiq, Kamis (24/10). (Foto : HO/Dinas Perindustrian)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Tim Dinas Perindustrian kota Samarinda, Kamis (24/10) kemarin, mengunjungi kediaman Aunur Rofiq Alhasani, sekaligus industri rumahan generasi ke empat pembuat minyak gosok legenda cap Banteng, yang telah berusia seratus tahunan, di Samarinda Seberang.

“Ada rasa bangga juga mengunjungi home industri minyak gosok, atau minyak urut melegenda di Samarinda Seberang ini. Karena, secara turun temurun mereka telah berhasil menjaga eksistensi nya,” kata Kadis Perindustrian Kota Samarinda Muhammad Faisal, dalam keterangan tertulis diterima Niaga Asia, Jumat (25/10) malam.

Faisal menerangkan, memang tidak mudah mereka bertahan di era sekarang, menghadapi produksi minyak urut dan minyak gosok moderen. Dengan rata-rata penjualan 25 lusin sebulan, membuat produk minyak gosok itu menjadikannya seperti kata pepatah hidup segan mati tidak mau.

“Salah satu penyebab memang, karena pemasaran yang masih konvensional dan gempuran produk sejenis yang lebih modern, dengan sentuhan kekinian,” ujar Faisal.

Namun demikian, anak perumpuan Aunur Rofiq, sebagai generasi kelima sudah mulai menggunakan sentuhan digital marketing dengan memasukan promosi dan penjualan melalui e-commerce dan media sosial.

“Bahkan sudah pula membuat kemasan plastik yang lebih besar dengan kapasitas 100 ml, kemudian
botol dan label juga berbeda dengan aslinya dengan kemasan lebih kekinian. Tetapi produk dengan kemasan lama, sebagai ciri khas tetap dipertahankan,” terang Faisal.

Dengan komposisi dari bahan alam seperti cengkeh, serai, lengkuas, pala dan bahan lainnya yang setelah dibersihkan, direbus dan ditumbuk, lalu dimasak di wajan besar dengan minyak kelapa sampai kering, kemudian dicampur dengan minyak kayu putih dan minyak serai.

Kemudian campuran itu juga disaring sebanyak tiga kali, hingga benar-benar tanpa ampas. Hasil saringan inilah yang dimasukkan ke dalam botol kemasan berukuran 20 cc, 60 cc dan 100 cc, untuk kemudian dipasarkan.

“Tentu saja produk ini layak untuk dibantu dan dibina, hingga bisa eksis kembali seperti di zaman keemasannya. Orang tua kita yang ingin bernostalgia dengan minyak ini tenang saja. Masih ada di pasaran lokal Samarinda. Atau yang muda ingin coba?” sebut Faisal berpromosi sambil mengakhiri pertemuan. (*/006)