Miris, Anjungan Kaltim Bagai Gedung Bisu

AA
Anggota DPRD Kaltim Veridiana Huraq Wang (kanan) bersama Pimpinan Anjungan Kaltim Novarita di Anjungan Kaltim TMII

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Anggota DPRD Kaltim Veridiana Huraq Wang mengaku prihatin melihat kondisi Anjungan Kaltim di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang semestinya bisa menjadi refleksi gambaran Kalimantan Timur justru tidak terpelihara dengan baik.

Tak hanya itu, keprihatinan Politikus PDIP ini ditambah dengan fasilitas, peralatan, interior yang jauh dari memadai. “Idealnya properti yang ada di anjungan disusun dan diletakkan dengan baik, dengan estetika yang baik seperti mebeler atau ruang khusus untuk memajang properti seperti alat musik, pakaian adat dan lain-lain milik anjungan Kaltim. Ini yang saya lihat sangat kurang, sehingga terkesan menjadi gedung bisu,” kata Veridiana.

Namun demikian ia memahami keterbatasan yang dialami pengelola anjungan, oleh sebab itu Veri mengimbau Pemprov Kaltim agar mengubah pola pengelolaan aset anjungan, agar difungsikan dengan baik supaya mendatangkan PAD. Pengelolaan tersebut menurut Veri sebaiknya dikelola oleh badan khusus dan tersendiri dan tidak lagi berada dibawah Kantor Penghubung Pemprov Kaltim di Jakarta. “ Kuncinya dipengelolaan, jika masih dibawah koordinasi kantor penghubung maka selamanya tidak akan menjadi prioritas dalam hal pembangunan dan penganggaran,” urainya.

Selain itu, anjungan Kaltim juga tak memiliki inventarisasi yang lengkap dan tersusun dengan baik. Sehingga jika sewaktu-waktu memerlukan peralatan tertentu seringkali pengelola kebingungan menyediakan. Ia mencontohkan, seperti pakaian adat Berau atau Kutai misalnya seringkali harus mencari alternatif pihak lain untuk bisa menyediakannya. “Sampai harus menyewa kesana kemari, ini sangat miris sekali padahal TMII sudah berdiri puluhan tahun. Namun hal kecil seperti itu masih menjadi kendala,” sebutnya.

Lanjut Veri, sebagai wajah Kaltim Veri sebagai warga asli Kaltim ia juga sangat prihatin karena budaya Kaltim tak dapat ditampilkan dengan maksimal. Padahal melalui anjungan, Kaltim bisa promosi dan menjual pariwisata dan keunggulan Kaltim lain. “Disini daya tarik Kaltim bisa dijual, sementara selama ini kita banyak menyuarakan mendongkrak pariwisata Kaltim. Tapi kenyataannya seperti booth khusus atau informasi jelas untuk wisata laut dan pantai di Kabupaten Berau tidak ada,” kata Veri menjelaskan.

Secara tegas Veri berkeinginan untuk memperjuangkan pola pengelolaan yang lebih maju sehingga bisa berkembang, berinovasi serta berkreasi setidaknya dapat bersaing dengan anjungan lain yang terkelola dengan optimal. “Seperti anjungan milik Sumatera, karena selama ini anjungan Kaltim hanya diminati pengunjung sekitar 50 kunjungan saja perharinya karena tidak menarik,” pungkasnya. (adv/hms5)