Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Didandingkan Baht dan Peso

Ax
Ilustrasi

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Stabilitas nilai tukar Rupiah terjaga, sejalan dengan konsistensi kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Nilai tukar Rupiah pada akhir Desember 2023 secara point to point (ptp) menguat 1,11% yoy dibandingkan akhir tahun sebelumnya, atau lebih baik jika dibandingkan dengan Baht Thailand dan Peso Filipina yang hanya menguat masing-masing sebesar 0,76% dan 0,62% yoy.

Penguatan ini turut didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan kembali masuknya aliran portofolio asing, sejalan dengan tetap menariknya imbal hasil aset keuangan domestik dan tetap positifnya prospek ekonomi Indonesia.

Demikian dirilis Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo usai mengikuti Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I – 2024 pada Senin (29/01/2024) bersama anggota KSSK lainnya, yakni Menteri Keuangan sekaligus Ketua KSSK, Sri Mulyani Indrawati, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Ja​sa Keuangan. Mahendra Siregar, dan Purbaya Yudhi Sadewa, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan.

Menurut Perry, ke depan, nilai tukar Rupiah akan tetap stabil dengan kecenderungan menguat didukung oleh meredanya ketidakpastian global, kecenderungan penurunan yield obligasi negara maju, dan menurunnya tekanan penguatan dolar AS.

“Positifnya perkembangan nilai tukar Rupiah ke depan didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia serta penguatan strategi operasi moneter pro-market Bank Indonesia dalam rangka menarik aliran masuk portofolio asing dan pendalaman pasar uang,” ujarnya.

Selain itu, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.

Inflasi menurun

Diterangkan pula, inflasi menurun dan terjaga dalam kisaran sasaran. Inflasi IHK Desember 2023 tercatat sebesar 2,61% yoy, berada dalam kisaran 3,0±1% dan lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 5,51% yoy.

“Penurunan inflasi dipengaruhi oleh terjaganya berbagai komponen inflasi sebagai hasil nyata konsistensi kebijakan moneter Bank Indonesia yang pro- stability serta sinergi erat kebijakan Bank Indonesia dengan Pemerintah Pusat dan Daerah,” kata Perry.

Inflasi inti 2023 terjaga rendah sebesar 1,80% yoy dipengaruhi oleh imported inflation yang rendah, ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, dan kapasitas perekonomian yang masih besar dan dapat merespons permintaan domestik.

Inflasi volatile food sebesar 6,73% yoy terus diupayakan pengendaliannya melalui sinergi Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) dan penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah dalam mengendalikan harga pangan, termasuk dari dampak El Nino.

Menurut Perry, selain itu, inflasi kelompok administered prices tercatat sebesar 1,72% yoy, sejalan dengan kebijakan Pemerintah untuk turut menjaga daya beli masyarakat.

“Ke depan, kebijakan moneter yang pro-stability dan sinergi Bank Indonesia dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) terus diperkuat guna memastikan inflasi tahun 2024 berada dalam kisaran 2,5±1%,” pungkasnya.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: