Panas Mematikan di India & Pakistan Lebih Mungkin Akibat Perubahan Iklim

Seorang pria berjuang untuk menyeberang jalan setelah sandalnya tersangkut di tar yang meleleh pada hari yang panas di Ahmedabad, India, 20 Mei 2022. (REUTERS/Amit Dave)

JAKARTA.NIAGA.ASIA — Gelombang panas mematikan di Asia Selatan pada bulan Maret dan April lalu 30 kali lebih mungkin disebabkan akibat perubahan iklim. Demikian para ilmuwan melaporkan hari Senin.

Di saat suhu bulan April mencapai hampir 50 derajat Celcius (122 derajat Fahrenheit) di beberapa bagian India utara dan Pakistan, setidaknya 90 orang meninggal karena penyebab yang berhubungan dengan panas. Demikian pernyataan pejabat setempat.

Gelombang panas, yang telah mencapai rekor suhu di India pada bulan Maret, juga merusak panen gandum musim dingin di negara itu.

Tanpa perubahan iklim, gelombang panas seperti itu akan menjadi “luar biasa langka,” menurut para ilmuwan dengan World Weather Attribution, sebuah kolaborasi penelitian internasional yang bekerja untuk mengetahui seberapa besar peran perubahan iklim dalam peristiwa cuaca tertentu.

Sekarang, dengan suhu rata-rata telah menghangat sekitar 1,2 derajat Celcius di atas rata-rata pra-industri, gelombang panas seperti itu di Asia Selatan 30 kali lebih mungkin terjadi. Dan frekuensi itu diperkirakan akan meningkat seiring suhu global yang terus meningkat.

Misalnya, “di dunia dengan suhu 2°C yang lebih hangat, peristiwa 1 dalam 100 tahun sekarang dapat menjadi sesering peristiwa 1 dalam 5 tahun,” kata ahli hidroklimatologi Arpita Mondal di Institut Teknologi India Bombay, dalam sebuah briefing berita, seperti dikutip niaga.asia dari REUTERS, Selasa.

Untuk melakukan analisis mereka, para ilmuwan membandingkan pembacaan data suhu untuk bulan Maret dan April sejak beberapa dekade yang lalu dengan kondisi yang mungkin terjadi tanpa perubahan iklim, berdasarkan simulasi komputer.

“Orang-orang di Asia Selatan terbiasa dengan suhu panas pada tingkat tertentu,” kata Roop Singh, penasihat risiko iklim di Pusat Iklim Palang Merah Bulan Sabit Merah.

“Tetapi ketika mencapai 45°C atau lebih, menjadi sangat sulit untuk melakukan aktivitas rutin,” sebut Singh menambahkan.

Buruh harian, seperti pedagang kaki lima dan pekerja konstruksi, kata Singh, sangat terpukul karena mereka mungkin tidak memiliki tempat yang sejuk untuk beristirahat dan memulihkan diri. Dia mengatakan para ahli memperkirakan korban tewas gelombang panas akan meningkat karena lebih banyak data dilaporkan kepada para pejabat.

Sumber : Kantor Berita Reuters | Editor : Saud Rosadi

Tag: