Penggunaan Internet untuk Perdagangan Masih Kecil

aa
Kristanto Hartadi. (Foto Intoniswan)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Penggunaan internet untuk kegiatan perdagangan masih terbilang kecil. Penggunaan internet untuk menjual barang baru 8,12% dari 132,7 juta penggunan internet. Sedangkan yang menggunakan internt untuk membeli barang ada 32,19%.

Demikian diungkap Praktisi dan Dosen Kehumasan, Kristanto Hartadi dihadapan sejumlah wartawan media online, baru-baru ini. “Kelihatannya masih perlu pedagang diedukasi agar bisa mengefektifkan internet sarana menjula barang,” tambahnya.

                Disebutkan, pada  awal tahun 2018, sebanyak 132,7 juta dari 265,4 juta penduduk Indonesia aktif menggunakan internet. Waktu yang dihabiskan untuk berbagai keperluan sangat bervariasi. “Sebanyak 51 juta orang  menggunakan internet 8  jam per hari, 23 juta orang 3 jam per hari, sebanyak 45 juta orang menghabiskan waktu untuk internetan 2 jam, dan 19 juta orang menggunakan internet 1 jam per hari,”. “Yang mencengangkan waktu dipakai untuk bercaka-cakap paling lama,” ujarnya.

Menurut Kris, panggilan akrab Kristanto Hartadi, komposisi pengguna internet berdasarkan jenis kelamin, 48,57% perempuan dan 51,43% laki-laki. Kemudian kalau berdasarkan kelompok usia, anak usia 13-18 tahun yang aktif terhubung dengan internet 75,50%, kemudian orang yang berusia antara 19-34 tahun  sebanyak 74,23%, penduduk berusia 35-54 tahun yang jadi pengguna internet 44,06%, sedangkan kelompok usian di atas 54 tahun jumlahnya 15,72%.“Akun media sosial yang paling digemari adalah Facebook, kemudian berurutan adalah WhatsApp, BBM, Instagram, Twitter, dan paling sedikit Path,” ujarnya.

aa
Sumber: KOMPAS, 8 Juli 2018.

Layanan internet yang paling banyak diakses, ujar Kris, sekitar 89,35% adalah pecakapan, medsos (87,13), mesin pencari (74,84%). Pengguna internet khusus melihat-lihat gambar 72,79%, lihat video (69,64%), untuh video (70,23%), dan unduh gambar (56,77%).

Layanan lainnya yang juga diakses oleh pengguna internet adalah membaca aritikel (55,30%), unggah berkas (35,99%), surel (33,58%). Pengguna internet untuk belanja ada 32,19%, untuk keperluan pendaftaran (16,97%), menjual barang 8,12%, dan keperluan dengan perbankan sebanyak 7,39%.

Meski demikian, kata Kris, sekelompok orang telah menjadi kaya dari adanya teknologi digital, Tekonologi digital telah mengubah lansekap dan cara hidup orang Indonesia. Contoh usaha baru yang besar dalam waktu sangat singkat berkat adanya internet adalah Gojek, Bukalapak, dan lain-lain. “Apabila pemerintah berhasil mencetak 1.000 technopreuner pada tahun 2020 maka akan terbetuk ekonomi digital bernilai US$130 miliar,” ujarnya.

Kemudian, di bidang politik, media sosial sudah menjadi alat pengumpul dukungan oleh berbagai partai politik maupun ormas. E-governance juga telah berperan untuk mengurangi “gairah korupsi” di birokrasi. Internet juga membantu konektifitas konvergensi media. (001)