Pertumbuhan Ekonomi Menghadapi Resiko Tertundanya Pemulihan Ekonomi Dunia

Ilustrasi

JAKARTA.NIAGA.ASIA-Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu terus didorong sehingga tetap berdaya tahan di tengah risiko tertundanya prospek pemulihan perekonomian dunia. Pada 2019, pertumbuhan ekonomi tetap baik yakni 5,02%, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan capaian tahun 2018 sebesar 5,17%.

Demikian kesimpulan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 19-20 Februari 2020  yang dirilis Direktur Eksekutif Departeman Komunikasi Bank Indonesia, Onny Widjanarko  disitus bi.go.id.

Menurut BI, pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang permintaan domestik yang terjaga, sedangkan kinerja ekspor menurun sejalan pengaruh perlambatan permintaan global dan penurunan harga komoditas. Secara spasial, permintaan domestik yang tetap baik ditopang oleh meningkatnya perdagangan antardaerah seperti di wilayah Sumatera.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Kalimantan dan Bali-Nusa Tenggara tetap terjaga didukung oleh perbaikan ekspor komoditas primer. Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2020 akan lebih rendah, yaitu menjadi 5,0-5,4%, dari prakiraan semula 5,1-5,5%, dan kemudian meningkat pada tahun 2021 menjadi 5,2-5,6%.

“Revisi prakiraan ini terutama karena pengaruh jangka pendek tertahannya prospek pemulihan ekonomi dunia pasca meluasnya Covid-19, yang memengaruhi perekonomian Indonesia melalui jalur pariwisata, perdagangan, dan investasi,” kata BI.

Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan Otoritas terkait guna memperkuat sumber, struktur, dan kecepatan pertumbuhan ekonomi, termasuk mendorong investasi melalui proyek infrastruktur dan implementasi RUU Cipta Kerja dan Perpajakan.

NPI Tetap Baik

Selain itu, ungkap BI, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap baik sehingga menopang ketahanan sektor eksternal. NPI keseluruhan 2019 mencatat surplus sebesar 4,7 miliar dolar AS, setelah pada 2018 mengalami defisit 7,1 miliar dolar AS.

“Perbaikan NPI ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat sejalan kinerja ekonomi Indonesia yang terjaga, daya tarik pasar keuangan yang besar, dan ketidakpastian pasar keuangan global yang mereda,” kata Onny menjelaskan.

Defisit transaksi berjalan juga menurun dari 2,94% PDB pada 2018 menjadi 2,72% PDB. Kinerja terkini pada Januari 2020 menunjukkan aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik terus berlanjut, yang secara neto tercatat 6,3 miliar dolar AS.

Pada awal Februari 2020, aliran masuk modal asing terutama investasi portofolio di pasar keuangan mengalami penyesuaian setelah terjadinya Covid-19. Sementara itu, neraca perdagangan mencatat defisit 0,86 miliar dolar AS, dipengaruhi ekspor yang belum kuat akibat kondisi global yang masih lemah. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2020 tercatat sebesar 131,7 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 7,8 bulan impor atau 7,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“Ke depan, Bank Indonesia akan terus meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah untuk memperkuat ketahanan sektor eksternal, termasuk berupaya mendorong peningkatan PMA serta mengendalikan defisit transaksi berjalan yang pada 2020 dan 2021 diprakirakan dalam kisaran 2,5-3,0% PDB,” pungkasnya. (001)

Tag: