PLN Ujicoba Operasikan PLTG Pakai Minyak Mentah Sawit di Bontang

Pelaksana tugas Direktur utama PT PLN (Persero) Djoko Rahardjo Abumanan mengecek secara langsung kesiapan PLTG-MG Bontang. (Foto : istimewa)

BONTANG.NIAGA.ASIA – PLTG-MG Kanaan tengah mempersiapkan peralihan menggunakan bahan bakar yang kebih ramah lingkungan, berbahan dasar sawit yang dihasilkan dari Crude Palm Oil atau minyak sawit mentah.

Demi kelancaran itu, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur utama PT PLN (Persero) Djoko Rahardjo Abumanan mengecek langsung kesiapan PLTG-MG Bontang, yang berlokasi di area Kelurahan Gunung Telihan, Kecamatan Bontang Utara, Selasa (30/7).

“Kehadiran saya di sini untuk memberi dukungan kepada PLTG-MG Bontang, untuk mempersiapkan peralihan dengan bahan baku yang ramah lingkungan,” kata dia.

Dijelaskan Rahardjo, dipilihnya bahan baku CPO merupakan upaya PT PLN untuk selalu melakukan inovasi terkait bahan bakar yang ramah lingkungan. Sebelumnya PLTG-MG menggunakan bahan bakar solar atau mesin diesel itu, telah melakukan inovasi baru dengan merubah bahan bakar gas.

Namun demikian, lanjut Rahardjo, seiring berjalannya waktu, pihaknya kembali melakukan invoasi dengan menggunakan bahan bakar CPO, dengan melalui berbagai proses. Terlebih, dia melihat beberapa PLN di Indonesia telah menggunakan bahan bakar CPO tersebut, yang terbukti tidak mengeluarkan kebisingan dan lebih ramah lingkungan.

“CPO ini kan dari kepala sawit. Jadi polusi yang dihasilkan akan sangat berkurang. Dan jika kita cium, malah seperti bau minyak goreng,” imbuhnya.

Lebih lanjut, dipilihnya CPO sebagai bahan bakar pembangkit listrik, tentunya untuk lebih mensejahterakan para pelaku usaha tani di bidang kebun kelapa sawit. Mengingat harga sawit yang seringkali tidak stabil.

Sementara itu, Untung Budi Widodo selaku manager Unit Pengendalian Pembangkit (UPTK Mahakam) mengatakan, untuk proses kelancaran percobaan itu, pihaknya akan melakukan pengetesan selama 15 hari kerja. Tujuannya memastikan kesiapan setiap komponen, mulai dari mesin hingga tangki bahan bakar.

“Masih banyak yang perlu disiapkan. Salah satunya tangki bahan bakar CPO yang harus menggunakan bahan dari stainless steel, agar tidak berkarat terkena dampak dari CPO atau minyak sawit mentah tersebut,” terangnya.

Lebih lanjut, sesuai amanat Presiden melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, juga selaku Ketua Pengarah Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Jakarta, menginstruksikan kepada PT PLN (Persero) untuk mengkonversi Bahan Bakar Minyak (HSD/MFO) untuk pembangkit- pembangkit listrik di lingkungan PT PLN menjadi 100% Crude Palm Oil (100% CPO).

Program ini, lanjutnya, bertujuan untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan, dan sekaligus untuk mengurangi beban impor bahan bakar minyak (menghemat devisa negara). Sehingga diharapkan PT PLN (Persero) untuk segera melakukan langkah-langkah dalam rangka konversi pmbangkit-pmbangkit listrik dari bahan bakar minyak (HSD/MFO) menjadi CPO 100%.

“Program yang ditugaskan kepada PT PLN (Persero) ditargetkan harus selesai tanggal 1 Agustus 2020. Sesuai surat dari Kementerian ESDM tanggal 7 Agustus 2018,” terangnya.

Dalam menjalankan amanat tersebut di atas, PLN Wilayah Kalimantan telah melaksanakan pemanfaatan CPO menjadi bahan bakar pengganti minyak (HSD/MFO), di salah satu pembangkit yaitu PLTD-MG Bontang UPDK Mahakam. Pada pengujian CPO ini, akan dilihat bersama ini proses ujicoba selama 360 jam dengan 100% berbahan bakar CPO.

“Upaya-upaya yang kami lakukan tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak terkait seperti Dirjen Ketenagalistrikan, PLN Puslitbang yang membantu dan bersinergi, sejak membuat kajian hingga trial saat ini. Serta tentunya rekan rekan unit UPDK mahakam,” tutup Budi. (005)