Postur Kerbau Krayan Mengecil karena Kawin Sedarah

Kerbau Krayan di wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan (Kalimantan Utara) dengan Malaysia.(foto Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Populasi  kerbau sawah di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) yang begitu terkenal, akhir tahun 2019  tinggal lebih kurang 3.000 ekor. Postur kerbau Krayan juga jaul lebih kecil dibandingkan aslinya, karena peternak mengawinkan kerbaunya yang sebenarnya masih sedarah.

“Kondisi demikian sangat tidak menguntungkan bagi Krayan pertanian padi Adan. Padi Adan sebagai varietas unggulan di Kecamatan Krayan mengandalkan pupuk dari kotoran kerbau. Kalau populasi kerbau menurun, petani juga akan kesulitan mendapat pupuk organik,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Nunukan, Masniadi pada Niaga.Asia, Selasa (28/07

Menurut Masniadi, salah satu faktor penyebab turunnya reproduksi kerbau Krayan, peternak menjual hewannya untuk memenuhi keperluan ekomomi rumah tangga dalam jumlah besar. Kerbau  cendung menjadi tabungan bagi masyarakat. Ketika ada kebutuhan uang dalam jumlah besar, mereka akan menjualhingga ke Malaysia dengan nilai harga sekitar Rp 25 juta/ekor.

“Masyarakat Krayan menjadikan kerbau sebagai tabungan. Misalkan, anak-anak mereka hendak kuliah keluar daerah, mereka jual kerbau 1 atau 2 ekor,” ucapMasniadi.

Tidak hanya penurunan reproduksi, DPKP juga melihat dari tahun ke tahun pupulasi kerbau Krayan mengalami penyusutan berat badan atau ukuran tubuh mengecil, hal ini disebabkan perkainan  sekerabat (sedarah) atau biasa disebut perkawinan inbreeding. Hewan yang kawin bersaudara berpengaruh terhadap genetik tubuhnya.

Masniadi menerangkan, temuan DPKP diakui  peternak kerbau dan masyarakat Krayan.Ukuran badan kerbau Krayan saat ini lebih kecil dibandingkan ukuran kerbau tahun 1990-an. “Kita sarankan warga disana mengawinkan kerbaunya tidak sedarah, kami juga mencoba memperbaiki pakan ternak mereka, kita bantu penyuluhan reproduksi,” sebutnya.

Dikatakan Masniadi, berdasarkan hasil sensus kerbau yang dilakukani Krayan  tahun 2019 jumlahnya tinggal sekitar 3.000 ekor, atau mengalami penurunan 1.000 ekor dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang berkisar 4.000 ekor lebih.

Karena itulah, PKP menyarankan masyarakat Krayan mengawinkan induk-induk kerbau mereka kerbau yang lokasinya jauh, setidaknya perkawinan diluar sedarah atau berputar-putar dilingkungan sekitar tempat tinggal.

“Perkawinan sedarah hewan tidak baik, genetik pertumbuhan hewan kadang mengalami cacat dan kurus mengecil,” pungkasnya.

Untuk mengembangkan jumlah kerbau, DPKP Nunukan mencoba mengenalkan rumput-rumput unggul yang bisa ditanam untuk pakan kerbau dan menggalakkan program Inseminasi Buatan (IB) pengembangan kerbau melalui spermas atau straw.

Hanya saja, penggunaan teknik perkawinan spermas yang cairanmnya dibekukan dalam sebuah kontainer ini kesulitan dalam pengiriman barang sebab, rata-rata pesawat tidak bersedia mengangkut cairan indo cair karena rentan memicu kecelakaan pesawat.

“Dulu tahun 2018 pernah saya ikut pengangkutan cairan spermas hewan, tidak ada pesawaat bersedia mengakut, kecuali pesawat Nomad punya TNI AL,” jelasnya.  (002)

Tag: