Produksi Jagung Kalimantan Timur Setara Rp226,388 Miliar

ibra
Dr. Ibrahim

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Animo masyarakat bertanam jagung di Kalimantan Timur dalam  tahun 2017 meningkat. Hal itu disebabkan budidaya jagung tidak terlalu rumit dan tidak memerlukan air dalam jumlah banyak dibanding bertanam padi, kemudian pemeliharaannya juga lebih sederhana.

Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Timur, Dr. H Ibarahim pada Niaga. Asia, Jumat lalu. “Baik itu luas areal tanam jagung maupun produksinya sama-sama meningkat,” ujarnya.

Menurutnya, luas areal panen jagung di Kaltim tahun 2016 baru 4.948 hektar, setahun kemudian yakni tahun 2017 sudah menjadi 11.139 hektar, naik 6.192 hektar atau 125,12%. Kemudian tahun 2018 direncanakan luas panen jagung sudah 16.032 hektar, bertambah 4.893 hektar dibandingkan tahun 2017 atau 43,92%. “Pertambahan luas panen dan produksi terbesar di Kabupaten Berau,” paparnya.

Untuk produksi jagung Kaltim, Ibrahim menjelaskan, tahun 2016 Kaltim baru memproduksi jagung 22.132 ton, tahun 2017 naik jadi 56.597 ton atau naik 155,72%. Kalau dirupiahkan setara Rp226,388 miliar. Sedangkan di tahun 2018 produksi direncanakan mencapai 78.868 ton atau naik 39,35%. Kemudian, untuk harga jagung rata-rata tiap bulan, termasuk musim panen adalah Rp4.000/kilogram. “Tidak begitu mahal, tapi petani masih untung,” kata Ibrahim.

Khusus untuk komoditi padi, menurut Ibrahim, luas panen di tahun 2017 juga ada kenaikan dibandingkan tahun 2016. Jika di tahun 2016 terdapat 80.343 ton, pada tahun 2017 sudah mencapai 94.393 hektar, atau naik 17,49% atau 14.050 hektar. Pada tahun 2018 luas panen padi ditargetkan 97.293 hektar atau naik 3,07%.

Kemudian produksi padi di tahun 2016 tercatat 305.337 ton gabah kering giling, pada tahun 2017 sudah naik jadi 400.102 ton. “Pada tahun 2018 kita target produksi 400.778 ton,” ungkap Ibrahim.

Ibrahim menjelaskan, tantangan terbesar meningkatkan animo masyarakat menanam padi dan meningkatkan produksi, terletak pada jaminan pasokan air. Saat ini petani selalu dihadapkan ksulitan air pada bulan-bulan curah hujan rendah, sedangkan pada musim hujan kebanjiran.

Irigasi teknis sangat diharapkan petani, namun, kata Ibrahim lagi, menjadikan irigasi alam menjadi irigasi teknis perlu dana, sebaliknya keuangan Pemprov Kaltim sangat terbatas. Sejumlah bendungan yang dibangun pemerintah juga belum selesai, misalnya bendungan Marangkayu dan Muara Telake. “Apabila sejumlah bendungan yang dibangun berfungsi, itu sangat menolong petani, khususnya yang bertanam padi,” katanya.

Kalimantan Timur memiliki banyak sungai, tapi airnya belum maksimal dikelola untuk pertanian. Air sungai mengalir begitu saja dari hulu hingga ke laut. Air sungai yang dimanfaatkan untuk pertanian masih sedikit sekali dibandingkan di Pulau Jawa. (001)