Respons Warga Teluk Sumbang Soal Rencana Pembangunan Pabrik Semen

Keindahan alam wisata ait terjun Bidadari di Teluk Sumbang, Berau, Kalimantan Timur. (Foto : istimewa)

TANJUNG REDEB.NIAGA.ASIA – Pemerintah berencana membangun pabrik semen di Teluk Sumbang, kecamatan Bidukbiduk, Berau, Kalimantan Timur. Mencuat pro dan kontra terkait rencana itu. Namun, bagi warga Teluk Sumbang, rencana itu justru dinantikan.

Alasan penolakan, karena rencana itu berpotensi merusak keindahan hutan, serta merusak perbukitan berbatu kapur yang menjadi bahan semen. Tak kalah penting, berpotensi mencemari perairan air gunung, yang menjadi sumber air bersih warga setempat.

Di sisi lain, rencana pabrik itu justru akan mendongrak peningkatan kegiatan ekonomi warga setempat, yang masih hanya mengandalkan perkebunan.

Dalam perjalanan jurnalistik Rabu (4/11) ke pedalaman Berau di Teluk Sumbang, melihat sendiri keindahan pantai Teluk Sumbang, dan juga 3 wisata air terjun, yang masih sangat alami, di tengah hutan yang masih sangat lebat.

Di Teluk Sumbang, punya luasan sekitar 15.000 hektare, belum termasuk kawasan hutan alami. Ada 201 kepala keluarga (KK) atau sekira 726 jiwa, yang bermukim di Teluk Sumbang.

“Perekonomian di sini, sangat minim, karena tidak ada usaha masyarakat. Di sini ada potensi wisata yang luar biasa menurut kami. Juga ada batu kapur, buat industri bahan semen. Kami yakin, tidak ada dampak yang ditimbulkan,” kata Kepala Kampung Teluk Sumbang Abdul Karim, Rabu (4/11).

Kepala Kampung Teluk Sumbang Abdul Karim (berbaju koko) (foto : Niaga Asia)

Karim sendiri, bersama tim Pemkab Berau dan Pemprov Kaltim, pernah studi banding pabrik semen, ke kabupaten Maros. Kedua sektor wisata dan industri pabrik semen, berjalan bersamaan sejak lama. “20 tahun industri semen dan wisata jalan bersamaan,” ujar Karim.

Rencana pabrik semen di Teluk Sumbang, menurut Karim, sudah berjalan 2 tahun terakhir ini, dan sudah dilakukan uji sampel batu gamping.Juga sudah ada sosialisasi ke masyarakat. Kehadirannya banyak ditunggu masyarakat,” sebut Karim.

Ahmad Wijaya, Konsultan Development Social Program Penurunan Emisi Karbon mengatakan, rencana pabrik semen, tidak akan mengganggu program pemeliharaan hutan Kalimantan Timur sebagai paru-paru dunia, untuk penurunan emisi karbon.

“Tidak akan mengganggu. Tinggal komitmen masyarakat untuk mempertahankan hutan yang ada,” kata Wijaya. (006)