Selamat Jalan Pak Dahri, Pendiri LBH-KKSS

aa
Dahri Yasin. (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Tadi pagi saya membaca pesan di Grup WhatsApp sesama wartawan, Pak Dahri, lengkapnya Dahri Yasin dikabarkan meninggal dunia. Karena setengah percaya, saya cek lagi di Grup WhatsApp Pengurus Triathlon yang didalamnya juga ada Ibu Fitriah Alaydrus, dan baru percaya, sahabat saya sejak tahun 1991, Pak Dahri telah berpulang ke rahmatullah.

Innalillahi waiinailahi rojiun

 Awal dari perkenalan saya dengan Pak Dahri, kebetulan karena sama-sama bersebelahan kantor di Jalan Kesuma Bangsa, Samarinda. Saya waktu itu masih bekerja di surat kabar harian ManuntunG – kini Kaltim Post, sedangkan Pak Dahri adalah seorang Pengacara. Kantornya tidak besar, hanya menempati lantai II dari sebuah bangunan yang kini menjadi Toko Edo Sakti Komputer.

Dari perkenalan yang serba kebetulan itu, kemudian kami berdua menjadi akrab. Ketika  Pak Dahri cepat kembali ke kantor selesai bersidang di Pengadilan Negeri Samarinda dan saya juga sudah selesai mengerjakan kewajiban, yakni bikin berita minimal tiga berita, Pak Dahri menelepon, dan saya tanggapi dengan datang ke kantornya.

Untuk naik ke kantor Pak Dahri, melewati tangga samping. Tangganya terbuat dari kayu dan ukurannya sangat pas-pasan. Karena tangga kantornya begitu tegak, hanya untuk satu orang saja. Kalau ada orang yang naik, orang mau turun harus stop dulu.

Saya menyukai Pak Dahri, karena disela-sela waktunya menyidangkan perkara perdata, juga mau membela pekerja, terutama pekerja yang di-PHK oleh perusahaan tempatnya bekerja. Sekali waktu Pak Dahri diminta oleh pekerja korban PHK membela hak-haknya. Kami berdua pun berdiskusi, dan waktu itu saya sarankan ambil itu perkara, dan bela habis-habis, sedangkan saya berjanji membantu lewat pemberitaan di ManuntunG.

“Ini perkara bisa membuat Bapak jadi terkenal, asal tidak mundur di tengah jalan. Kalau mau terkenal harus lawan orang yang sudah terkenal,” kata saya.

Waktu itu, Pak Dahri yang kelahiran Polmas, Sulawesi Selatan, 16 September 1959 dan alumni Fakultas Hukum Unhas 1986, belum mengenal bahwa bila membela pekerja yang minta bantuan kepadanya akan berhadapan Pak Andas P Tanri (almarhum), tokoh Golkar yang sangat kuat pengaruhnya di Kaltim, sekaligus ketua KKSS (Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan) Kalimantan Timur.

Saat Pak Dahri menyiapkan gugatan terhadap perusahaan milik Pak Andas, saya setiap hari memberitakan tentang hak-hak pekerja yang belum dibayarkan dengan narasumber Pak Dahri, rupanya berita tersebut membuat tidak nyaman Pak Andas.

Selang beberapa hari kemudian, Pak Dahri mengabari saya bahwa Pak Andas minta bertemu dan minta saran saya.

“Pak Dahri, boleh saja bertemu dengan Pak Andas, tapi jangan Bapak yang ke kantor Pak Andas. Pak Andas yang diundang ke kantor Bapak,” kata saya.

Singkat cerita, urusan hak-hak pekerja yang di PHK tersebut dibayarkan semuanya oleh Pak Andas. Pak Andas yang datang ke kantor pak Dahri. Sedangkan Pak Dahri,  tertawa kecil dengan saya, karenasebelum saya  tidak memberitahukan kepadanya bahwa Pak Andas adalah seorang tokoh.

Setelah menangangi kasus tersebut, Pak Dahri dikenal luas, meski pendatang baru, namanya populer, sama populernya dengan Fahri Dumas, Agustinus Temarubun, dan Herry Tombeng. Pak Dahri kemudian juga dibawa Pak Andas menjadi pengurus KKSS, dan Pak Dahri mendirikan LBH (Lembaga Bantuan Hukum) KKSS Kaltim.

Hubungan saya dengan Pak Dahri tak pernah renggang, selain karena Pak Dahri mau membela masyarakat miskin yang terkena masalah hukum, juga Pak Dahri mau saya gunakan sebagai narasumber untuk mengkritik kebijakan umum wali kota Samarinda saat itu Waris Husein (almarhum) yang tak pro rakyat.

Sekali waktu karena ngak tahan dengan komentar-komentar Pak Dahri diberita yang saya tulis, Pak Waris bertanya “ Orang mana itu Dahri Yasin.”

Pak Dahri yang saya kenal, selain sangat menyayangi profesinya sebagai advokat, juga sangat kuat minatnya untuk terus menimba ilmu, dengan kuliah di magister Hukum Bisnis Universitas Gajah Mada, terakhir beberapa bulan lalu berhasil menyelesaikan kuliah doktornya di Semarang.

Setelah berkenalan dengan Pak Andas, Pak Dahri aktif di Partai Golkar Kaltim, sebagai Ketua Lembaga Pelayanan Penyuluhan Hukum (LPPH) Golkar Kaltim sampai tahun 1997, menjadi staf ahli Bupati Kutai Kartanegara, Syaukani hasan Rais, dan kemudian menjadi anggota DPRD Kaltim selama periode 2004-2009, 2009-2014, dan 2014-2019.

Hal paling unik dari Pak Dahri, dan itu sangat saya hargai adalah selalu mengajak saya ketika dia mendirikan organisasi baru dan itu sangat rumit-rumit yang harus dikerjakan. Terakhir saya bersama beliau sama-sama jadi pengurus di PPK (Perkumpulan Pengusaha Kontraktor) Minyak dan Gas (Migas) Kalimantan Timur.

PPK Migas adalah organisasi yang memperjuangkan pekerjaan di sektor Migas yang nilainya 1 juta USD ke bawah dikerjakan oleh kontraktor daerah, dimana sudah ada dasar hukumnya yakni PTK (Peraturan Tata Kelola) 007 Revisi 04 yang diterbitkan SKK Migas.

Sampai Pak Dahri dipanggil yang Kuasa, perjuangan PPK Migas, gagal kami wujudkan, karena yang dihadapi dalam percaturan mendapatkan pekerjaan di sektor Migas itu, sama dengan berkelahi dengan bayang-bayang.

Dari 20 pengusaha lokal yang diperjuangkan bisa mengikuti tender di SKK Migas, tak lebih dari dua yang lulus, setelah lulus, pun sangat sulit mendapatkan pekerjaan, karena setiap tahun berbagai persyaratan untuk mengikuti lelang berubah-ubah.

Karena lelah, saya memberitahukan ke Pak Dari bahwa saya tak sanggup lagi berpikir bagaimana cara agar pengusaha lokal bisa mendapatkan pekerjaan di sektor Migas. Pak Dahri, seperti biasa hanya menanggapi omongan saya dengan senyum ditambah sedikit tertawa kecil.

Sangat banyak pengetahuan dan pengalaman berharga yang saya dapat sejak mengenal Pak Dahri, terutama bagaimana selalu bersikap tenang dan sabar, walau pun cobaan datang silih berganti.

Saya berdoa semoga Pak Dahri mendapat tempat yang layak disisiNya, diampuni salah dan kilafnya, semua amal baiknya mendapat ganjaran yang setimpal.

Dan, hari ini, saya benar-benar merasa kehilangan seorang sahabat, yang selama bergaul tak pernah saya lihat bisa marah.

(intoniswan)

Tag: