Sengketa Kapal Minyak Iran: Gibraltar Lepaskan Grace 1

aa
Kapal Grace 1 ketika berada di perairan Gibraltar. (Hak atas foto Reuters Image caption)

GIBRALTAR.NIAGA.ASIA-Mahkamah Agung Gibraltar memerintahkan pelepasan Grace 1, kapal yang mengangkut minyak Iran yang disita oleh Angkatan Laut Inggris pada tanggal 4 Juli lalu, meskipun Amerika Serikat berusaha sampai detik-detik terakhir agar kapal tetap disita.

Keputusan pada Kamis (15/08) itu sempat tertunda selama beberapa jam karena Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) mengajukan permintaan agar Gibraltar tetap menyita Grace 1.  Namun menurut Hakim Agung Anthony Dudley, permohonan resmi dari AS belum diterima pengadilan.

Tanker beserta kargonya disita marinir Inggris yang tiba di Gibraltar atas permintaan pihak berwenang di sana. Mereka bertindak atas bukti-bukti yang menunjukkan kapal tengah menuju Suriah sehingga melanggar rangkaian sanksi Uni Eropa.

Penyitaan dilakukan atas permintaan Amerika Serikat. Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menuding aksi militer Inggris sebagai suatu “bentuk pembajakan”.

Timbal balik?

Pihak berwenang Gibraltar kemudian mendapat jaminan dari nahkoda kapal dan dari Iran bahwa Grace 1 tidak akan berlayar ke Suriah.

Beberapa pekan setelah tanker Iran disita, Iran menyita kapal minyak berbendera Inggris, Stena Impero, di Teluk dan meskipun telah dibantah oleh para pejabat terkait, muncul spekulasi adanya timbal balik pembebasan Stena Impero jika Grace 1 dilepaskan.

Hubungan antara Amerika dan Iran memburuk sejak Donald Trump menjadi presiden AS pada tahun 2017.  Presiden Trump kembali memberlakukan sanksi kepada Iran setelah AS menarik diri dari kesepakatan nuklir bersejarah tahun 2015 antara Iran dengan enam kekuatan dunia.

Inggris dan negara-negara lain telah menegaskan mereka tetap memegang kesepakatan.

Washington menuduh Iran atas serangkaian serangan terhadap kapal minyak di perairan negara-negara Teluk, tetapi Teheran menepis tudingan itu.

Kedua negara hampir terlibat dalam konflik senjata pada Juni lalu.  Ketika itu, Trump dilaporkan hampir saja memerintahkan pengeboman sejumlah lokasi di Iran sebagai balasan atas penembakan salah satu pesawat nirawaknya.

Sumber: BBC News Indonesia