Situs Sumur Louise 1, Awal Mula Medan Perjuangan Rakyat di Sangasanga

Sumur minyak pertama yang berhasil dieksploitasi Belanda, Louise 1. (Foto : istimewa)

SANGASANGA.NIAGA.ASIA – Perjuangan merah putih yang diperingati setiap tanggal 27 Januari oleh rakyat di Sangasanga, melawan kolonial tidak lepas dari sumber daya alam (SDA), yang ditemukan di bumi Sangasanga.

Hal itu menjadi latar belakang pemugaran ulang sebuah sumur minyak pertama yang berhasil dieksploitasi Belanda, Louise 1. Peresmian sebagai situs sejarah tersebut dilakukan pada peringatan ke-73 perjuangan Sangasanga sekaligus dalam festival merah-putih Sangasanga 27 Januari, Senin (27/1).

Menelisik sejarahnya, pada tanggal 20 Februari 1897, usaha Belanda untuk mengeruk kekayaan alam berupa minyak dan gas bumi di Kaltim. Kolonial kala itu, berhasil dengan ditemukannya ladang migas yang mereka beri nama Louise 1.

Sumur ini menjadi penanda Belanda untuk menemukan sumur-sumur lainnya, seperti sumur minyak Mathilda di Balikpapan.

Ditemukannya sumur Louise 1 dan Mathilda menjadikan Belanda betah bertahan di Sangasanga dan Balikpapan. Hal itulah yang kemudian memicu munculnya perjuangan rakyat, atas ketidakadilan yang diterima.

Kemudian, perlawanan rakyat Kaltim di Sangasanga ternyata juga dimotori oleh sejumlah pegawai perminyakan, yang dibawa Belanda dari Pulau Jawa. Karena daya tarik migas inilah, Kecamatan Sangasanga dinobatkan sebagai sebuah kecamatan administratif pertama di Indonesia, yang terletak di luar Pulau Jawa dan Sumatera.

Pada saat kemerdekaan tahun 1945, merdeka belum sepenuhnya dirasakan oleh rakyat Sangasanga. Pada agresi militer kedua Belanda, Kota Sangasanga sempat dikuasai pejuang selama beberapa saat mulai 27-29 Januari. Walaupun akhirnya kalah dan berhasil dipukul mundur Belanda, karena kalah dalam jumlah dan amunisi.

Kendati demikian, semangat perjuangan warga Kaltim tersebut terus tumbuh hingga 73 tahun kemudian. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya situs sejarah yang masih berdiri hingga kini, dan terus dikenang serta dilestarikan.

Salah satunya ialah situs Sumur Louise 1. Peresmian ditandai dengan pemotongan pita berwarna merah putih oleh Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah, Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi, dan sejumlah menejemen PT Pertamina EP Asset 5.

Kepada masyarakat, Edi Damansyah menyampaikan harapannya agar situs ini menjadi obyek wisata sejarah di Kaltim.

“Terima kasih kepada PT Pertamina yang tidak melupakan sejarah perjuangan rakyat Kaltim. Semoga sumur Louise 1 ini dapat menjadi obyek wisata mendampingi situs sejarah lainnya. Saya berharap, sejumlah situs sejarah perjuangan rakyat untuk diperindah,” ujarnya.

Dengan mengenakan seragam tentara perjuangan ala tahun 1945-an, sejumlah pejabat dan veteran perang Sangasanga nampak hadir, setiap kali peringatan perjuangan Sangasanga digelar setiap tanggal 27 Januari.

Senada, Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi menuturkan, sudah selayaknya sejarah Sangasanga dilestarikan. “Semua orang tahu sejarah yang terjadi di Sangasanga. Jadi kita harus melestarikan situs peninggalan sejarah,” ucap Hadi.

Kemudian, Ketua Komunitas Pemerhati Jejak Sejarah Merah-Putih Sangasanga (Kompas) Ali Tunang mengatakan pihaknya turut mengapresiasi langkah yang dilakukan pemerintah serta Pertamina. “Mudah-mudah, masyarakat secara luas lebih mengenal Sangasanga sebagai kota juang,” kata Ali.

Ia berharap, perhatian serupa terhadap situs juga dilakukan terhadap situs lainnya. “Semoga tidak hanya situs ini. Di Sangasanga banyak situs perjuangan lainnya juga,” ucapnya.

Seperti diketahui, di Sangasanga terdapat berbagai macam situs sejarah perjuangan. Seperti Tugu Pembantaian, Tugu Palagan, Tugu Perobekan Bendera Merah-putih, Goa Jepang dan masih banyak lagi.

Lebih lanjut, Ali juga menghimbau untuk anak muda Sangasanga, untuk lebih peduli terhadap sejarah. Selain itu, ia mengingatkan untuk bersama menjaga berbagai situs yang ada.

“Ayo anak muda, dan juga masyarakat, kita sama-sama menjaga situs yang ada di Sangasanga. Demi terwujudnya kota wisata sejarah di Sangasanga,” tutupnya. (009)