Sri Lanka akan Batasi Impor Bahan Bakar Selama 12 bulan ke Depan

Seorang wanita duduk di atas tabung gas rumah tangga kosong di pusat distribusi, di tengah krisis ekonomi negara itu, di Kolombo, Sri Lanka, 23 Juli 2022. REUTERS/Adnan Abidi

KOLOMBO.NIAGA.ASIA — Sri Lanka akan membatasi impor bahan bakar selama 12 bulan ke depan karena kekurangan devisa yang parah, kata menteri energinya pada Senin, di tengah upaya pemerintah baru negara itu berusaha mencari jalan keluar dari krisis ekonomi.

Negara berpenduduk 22 juta jiwa itu telah bergulat dengan kekurangan kebutuhan pokok, termasuk bahan bakar dan obat-obatan, selama berbulan-bulan, setelah cadangan devisanya mengering karena salah urus ekonomi dan dampak pandemi COVID-19.

“Karena masalah valas, impor bahan bakar harus dibatasi dalam 12 bulan ke depan,” kata Menteri Tenaga dan Energi Sri Lanka, Kanchana Wijesekera, dalam sebuah tweet, menjelaskan alasan di balik sistem penjatahan bahan bakar yang akan diterapkan minggu ini, dikutip dari REUTERS, Selasa.

Sistem penjatahan adalah salah satu langkah pertama yang akan diambil oleh Presiden baru Sri Lanka Ranil Wickremesinghe untuk meredakan dampak krisis setelah menjabat pekan lalu menyusul kemenangan dia dalam pemungutan suara parlemen.

Pendahulunya, Gotabaya Rajapaksa, melarikan diri dari negara itu dan kemudian mengundurkan diri awal bulan ini setelah protes massal terhadap kesalahan penanganan ekonominya, di mana pengunjuk rasa telah menyerbu kediaman dan kantor resminya.

Sri Lanka juga membuka kembali sekolah-sekolahnya pada hari Senin setelah kekurangan bahan bakar yang parah dan kerusuhan politik membuat sekolah-sekolah itu ditutup selama hampir sebulan.

Namun demikian, pegawai sektor publik telah diminta untuk terus bekerja dari rumah selama satu bulan lagi, kata pemerintah dalam surat edaran yang dikeluarkan pada hari Minggu.

Lanka IOC, pengecer bahan bakar terbesar kedua di negara itu, akan mengimpor dua pengiriman bahan bakar masing-masing sekitar 30.000 ton pada Agustus, kata direktur pelaksananya, Manoj Gupta.

“Kami bekerja sama dengan pemerintah untuk mengurangi rasa sakit dan prioritas kami adalah memasok ke industri,” kata Gupta kepada Reuters.

Sri Lanka sedang dalam pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional tentang paket bailout senilai hingga USD 3 miliar. Selain itu juga mencari bantuan dari sekutu, termasuk negara tetangga India dan China.

Sumber : Kantor Berita Reuters | Editor : Saud Rosadi

Tag: