Tahun 2023 Inflasi di Kaltim 3,46 Persen

DR. Yusniar Juliana, SST, MIDEC.

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Inflasi di Kalimantan Timur (Kaltim) tahun 2023 sebesar 3,46 persen, atau lebih tinggi dibandingkan angka inflasi secara nasional yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) yakni  2,61 persen.

“ Khusus di Bulan Desember 2023, inflasi gabungan dua kota Samarinda dan Balikpapan sebesar 0,39 persen, dengan rincian di Kota Samarinda inflasi sebesar 0,41 persen dan Kota Balikpapan 0,39 persen,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, DR Yusniar Juliana, SST, MIDEC dalam keterangan resminya yang disampaikan, Selasa sore (2/1/2024).

Menurut Yusniar, secara umum, gabungan 2 Kota IHK di Kaltim  mengalami inflasi karena adanya peningkatan indeks harga pada 7 kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,11 persen; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,92 persen.

Selanjutnya, peningkatan indeks harga kelompok transportasi sebesar 0,31 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,13 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,11 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,07 persen; serta kelompok penyediaan makan dan minuman/restoran sebesar 0,02 persen.

“ Sebaliknya, kelompok yang mengalami penurunan indeks harga, yaitu: kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,27 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,18 persen; serta kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,03 persen. Sementara itu, kelompok pendidikan cenderung stabil pada Desember 2023,” ucap Yusniar.

Inflasi di Kaltim tahun 2023 yang angkanya mencapai 3,46 persen, lebih tinggi dibandingkan angka inflasi secara nasional 2,61 persen, sebagaimana diumumkan Plt Kepala BPS Amalia A. Widyasanti pada rilis berita resmi statistik (BRS) Selasa (2/1/2024).

“Inflasi Indonesia tahun 2023 sebesar 2,61 persen merupakan inflasi terendah sepanjang 20 tahun terakhir.,” katanya.

Namun, menurut Amalia, perhitungan ini mengesampingkan pandemi Covid-19 yang terjadi pada periode 2021-2022.

“Di luar periode terdampak pandemi yakni 2021, inflasi tahun 2023 merupakan inflasi terendah dalam 20 tahun terakhir,” ungkap Amalia.

Amalia menegaskan inflasi tahunan pada 2023 sebesar 2,61% ini didorong oleh inflasi seluruh komponen. Komponen inti tahunan mengalami inflasi sebesar 1,80%. Adapun, dari data BPS, komponen ini memberikan andil 1,1%.

“Komoditas yang dominan antara lain emas perhiasan, biaya sewa rumah, biaya kontrak rumah, gula pasir dan upah ART,” kata Amalia.

Kemudian, BPS juga mencatat komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi 1,72%. Komponen ini memberikan andil sebersar 0,32%. Komdoitas yang dominan selama setahun terakhir adalah harga rokok kretek filter, tarif angkutan udara dan rokok putih.

Lebih lanjut, komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 1,15%. Inflasi di komponen ini dipicu oleh beras, cabai merah, bawang putih dan daging ayam ras.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: