Tiga Desa di Long Pahangai Kini Nikmati Solar Cell

aa
Camat Long Pahangai, Lawing Ngau. (Foto Istimewa)

UJOH BILANG.NIAGA.ASIA-Pelayanan listrik 24 jam dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atau solar cell yang sekarang dinikmati tiga desa di perbatasan negara dalam Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), dimulai sejak tahun 2015.

“Perjuangan memperoleh layanan listrik ini kami lakukan sejak tahun 2015 mulai dari usulan, koordinasi, pembebasan lahan dan lainnya. Waktu itu saya masih ditempatkan di Kantor Pengelola Perbatasan,” kata Camat Long Pahangai, Lawing Ngau di Mahulu, Kamis (2/1/2020).

Sedangkan tiga desa (kampung) yang kini mendapat pelayanan listrik 24 jam berupa solar cell itu adalah Kampung Long Pakaq, Long Pakaq Baru, dan Kampung Delang Kerohong. Ketiganya berada di Kecamatan Long Pahangai.

PLTS Terpusat ini ada di dua lokasi yang masing-masing berkapasitas 64 kWp dengan anggaran pembangunan dari Alokasi Dana Khusus (DAK) melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kalimantan Timur tahun 2018.

Lokasi pertama berada di Kampung Long Pakaq Baru yang pemanfaatannya untuk dua kampung, yakni Kampung Long Pakaq Baru dan Kampung Delang Kerohong. Sedangkan lokasi kedua ada di Kampung Long Pakaq yang hanya untuk satu kampung itu sendiri.

aa
Panel solar cell di Kampung Long Pakaq Baru, Kecamatan Long Pahangai, Mahakam Ulu. (Foto ESDM)

Ketika Lawing berdialog dengan warga setelah mendapat pelayan listrik 24 jam, warga mengaku sangat bersyukur karena bantuan solar cell tersebut sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan, seperti anak-anak lebih tenang saat belajar malam, bisa menyalakan televisi dan sejumlah peralatan elektronik lainnya.

Dulu, kata Lawing menirukan ucapan warga, ketika mereka pulang dari ladang di waktu senja, yang ditemui di rumah adalah kegelapan sehingga mereka harus menyalakan lampu tempel untuk penerangan, atau bagi yang punya genset harus membeli BBM untuk menyalakan genset.

Adanya PLTS juga meringankan biaya pengeluaran masyarakat dalam membeli BBM yang saat itu harga bensin masih Rp15 ribu per liter karena waktu itu belum diberlakukan BBM satu harga. Diperlukan 2 liter bensin untuk menghidupkan genset 4 jam, berarti perlu Rp30 ribu per malam.

Berarti dalam satu bulan harus menyisihkan anggaran mencapai Rp900 ribu hanya untuk listrik empat jam per malam. Namun kini, setelah listrik menyala 24 jam, justru masyarakat hanya membayar antara Rp50 ribu hingga Rp60 ribu per bulan sehingga masyarakat bisa berhemat.

“Untuk tahun 2020 ini diharapkan ada lagi bantuan solar cell baik dari pusat maupun provinsi. Semoga tahun ini bisa terealisasi untuk dua kampung lagi, yakni Kampung Datah Naha dan Lirung Ubing, kemudian secara bertahap bisa juga untuk Kampung Naha Aru dan Long Isun,” ucap Lawing penuh harap. (*/001)

Tag: