Penulis: Efda Mutia | Editor: Intoniswan

Ini seri kelima tulisan Efda Mutia tentang putrinya Andini Tasya Putri. Andini yang lahir di Pekanbaru, Provinsi Riau, 23 Maret 2000, adalah anak autis, atau dalam keluarga besar orang tua lebih familiar menyebutnya anak spesial.
Andini sekarang, layaknya orang normal, berpretasi di bidang seni, yakni mampu memanikan alat musik piano, bahkan jadi pemian keyboard putri berprestasi. Tidak hanya itu Andini juga terampil di pekerjaan tata rias wajah.
Empat tulisan Efda Mutia sebelumnya adalah https://www.niaga.asia/andini-tasya-putri-pianis-autism-berprestasi/, https://www.niaga.asia/tips-punya-balita-autis/, https://www.niaga.asia/dukungan-sekolah-sangat-penting-bagi-anak-autis/, dan https://www.niaga.asia/dukungan-sekolah-sangat-penting-bagi-anak-autis/.
Saat Andini usianya menginjak 11 tahun, tiba tiba terlihat Andini tenang diam tidak hiperaktif tapi wajahnya murung dan terlihat kebingungan. Masalah apa lagi ini, tanya Saya dalam hati. Waktu Saya tanya, Andini bilang perutnya sakit.
Setelah saya cek, masya Allah gadis kecil 11 tahun ini ternyata kedatangan menstruasi pertamanya, lebih cepat dari kakaknya. Saya tanya-tanya ke banyak teman, para ibu membenarkan bahwa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) keseringan lebih cepat mengalami proses masalah reproduksi ini dibanding anak-anak reguler.
Baiklah, ini episode baru kehidupan Andini. Saya sekeluarga, terutama bersama kakaknya, Windy Odelia Putri akan membimbing supaya Andini siap dan nyaman dengan episode baru keseharian ini. Hari ini Andini tidak masuk sekolah karena perutnya sakit dan merasa tidak nyaman.
Kemudian Saya mulai mengedukasi Andini kalau anak perempuan akan mengalami seperti dialaminya saat ini. Saya kemudian mengajari cara memakai pembalut, membersihkannya, dan membuangnya di tempat sampah yang sudah Saya taruh di kamar mandi.
Saya juga selalu ingatkan agar jangan sampai berantakan ya. Malu sama orang kalau jorok dan berantakan. Andini kan cantik. Walaupun acuh tak acuh, Andini mendengarkan dan jawab…” Ya”.. Singkat saja.
Alhamdulillah Andini bisa melewati tahapan ini dengan baik, mengurus diri sendiri dan bersih-bersih. Setelah 2 hari tidak masuk sekolah karena menstruasi, hari ketiga Andini bangun pagi dan bilang “Mama Andini mau sekolah, sudah sehat”.
Alhamdulillah setelah dapat menstruasi pertama, Andini mulai tenang dan tidak hiperaktif lagi. Tapi Saya tetap selalu mendampingi Andini di sekolah. Alhamdulillah SD, SMP dilewati Andini dengan penuh perjuangan. Akhirnya jadi siswa SMALB Pelita Hati.
Saat bersekolah di SMA ini, sepertinya Andini mulai suka mendengarkan musik. Kadang Andini lagi belajar di kelas sebelah dan mendengar temannya latihan musik tanpa permisi pada gurunya Andini keluar kelas dan masuk ruangan musik. Yang selalu diganggu Andini hanya temannya yang lagi main alat musik keyboard. Pada alat musik gitar, bass dan drum , Andini tidak tertarik.
Kemudian Saya dipanggil oleh guru musik Ferlin Awangsyah (almarhum) ke ruangannya dan mengatakan; “coba ibu lihat sepertinya Andini suka pada alat musik keyboard.”
Saya langsung tanya sama Andini apakah Andini mau belajar musik keyboard nanti kita beli keyboard dan belajar di rumah sama guru musik. Andini jawab “Yaaaaaa…. ” Andini senang sekali.

Umur 16 tahun Andini mulai belajar musik. Tapi tetap saja ada keraguan di hati Saya, apakah Andini bisa? Tapi sungguh besar kekuasaan Allah…ternyata kekhawatiran Saya tidak terbukti. Andini cepat menguasai alat musik keyboard.
Gurun Ferlin Awangsyah juga senang sekali menemukan bakat hebat Andini ini. Selanjutnya kalau ada acara di sekolah, Andini mulai tampil dengan permainan keyboardnya. Begitu juga kalau ada acara di luar yang diiikuti sekolahnya, Andini dipilih untuk ikut tampil.
Berbagai acara seperti Peringatan Hari Disabilitas Internasional, Hari Anak Nasional, dan lain lain Andini ikut tampil. Dan biasanya acaranya di Mall. Alhamdulillah ya Allah….Saya kadang rasanya tidak percaya, Si cuek yang hiperaktif itu tampil menghibur penonton di panggung sebuah mall besar di Pekanbaru.
Setiap tahun, pada masa sebelum pandemi, Andini juga selalu mendapat kesempatan tampil di Gedung Serindit (rumah Dinas Gubernur Riau) dalam rangka peringatan Hari Peduli Autisme se-Dunia.
Terima kasih Ya Allah…. Andini sekarang menjadi kebanggaan keluarga. Berbagai masalah rumit Alhamdulillah telah Andini lewati dengan manis, walaupun Saya jungkir balik dan terbingung-bingung.
Setelah tamat SMALB Pelita Hati tahun 2019, Andini memperoleh ijazah paket C. Sampai tamat SMALB Andini selalu Saya tunggui di sekolah. Tapi kemudian kami memutuskan bahwa Andini tidak lanjut kuliah karena banyak hal dan pertimbangan.
Karena Andini perempuan, kakaknya, Windy Odelia Putri menyarankan agar Andini belajar make-up sendiri di rumah, karena di sekolah dulu Andini sudah belajar tata cara make up. Disekolah Andini dulu ada Salon Kecantikan, untuk siswa belajar tata cara merias. Selain belajar merias sendiri, Andini juga melanjutkan belajar musik sendiri di rumah.
Sebelum guru musik keyboard Andini, Ferlin Awangsyah menikah dan pindah keluar kota, dia menguatkan Saya dan Andini dan mengatakankalau Andini sudah bisa melanjutkan latihan sendiri. Caranya, cari lagu yang Andini sukai di youtube, nanti diprint dan Andini belajar.
Berbekal semangat dari gurunya itu, Saya pun memberanikan diri menemani Andini berlatih, satu jam setiap hari. Sekarang Andini sudah bisa 25 lagu. Alhamdulillah Pada masa pandemi, kegiatan offline Andini vakum semua.
Beruntung sekali saat itu Saya kenal dengan orang tua yang mempunyai anak spesial (autis) juga lewat media sosial. Saya diajak bergabung di grup atau komunitas yang sangat bagus sekali, keren lah pokoknya.
Komunitas itu bernama Difabel Stars Indonesia, atau disingkat DStars Indonesia, diketuai Ibu Emsyarfi. Anggotanya berasal dari seluruh Indonesia. Komunitas itu bukan bukan khusus untuk anak autis, tapi semua anak berkebutuhan khusus boleh bergabung.
Dari komunitas DStars Indonesia, kami sekeluarga banyak dapat informasi lomba online. Andini sering ikut lomba online, walaupun belum menang tapi kami sekeluarga senang sekali. Tidak pernah terbayangkan Andini bisa.
Saya selalu berdo’a. ” Yaa…Allah kami Ikhlas.. Tunjukkan lah kebesaran-Mu ya Allah…. Kami tidak pernah mengeluh dan tidak boleh menyerah”. Sekarang Andini sudah mandiri tapi tetap Saya tidak bisa jauh dari Andini.
Andini harus selalu dipantau. Keluarga kami selalu bilang kalau Andini satu paket sama Saya. Selain kegiatan dan keetrampilan dunia, Andini kami kenalkan pada pelajaran Agama. Alhamdulillah Andini sudah bisa mengaji Alquran.
Kami meminta guru mengaji Pak Rianto datang kerumah 2 kali seminggu. Terima kasih Pak k Rinto yang selalu sabar dan baik sama Andini. Alhamdulillah. Akhirnya kata kunci dari semua ini, “Asal kita berusaha tidak ada kata terlambat.”
Kalimat ini terasa tepat dan mengena buat perjuangan Saya membersamai Andini.@
Tag: AutisKisah Inspiratif