Upah Belum Dibayar, Pekerja Bangunan Ancam Segel Sekolah di Sebatik

Pelajar SMPN 2 Sebatik Barat menyampaikan protes kepada PUPR karena pekerja menyegel sekolah mereka. (Foto : Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Puluhan pekerja bangunan dari sub kontraktor rehabilitasi SMPN 2 Kecamatan Sebatik Barat mengancam akan menyegel pintu ruang kelas belajar apabila upah kerjanya tak dibayar  PT Syarif Maju Karya, selaku pemenang lelang proyek rehabilitasi dan renovasi prasarana sekolah di pulau Sebatik.

“Kemarin sekitar 20 orang datang hendak menyegel sekolah, alasannya upah kerja belum dibayar kontraktor,” kata Kepsek SMPN 2 Sebatik Barat, Anwar pada Niaga.Asia, Selasa (24/10/2023).

baca juga:

PT Syarif Maju Karya Masih Ngutang Pekerjaan Rehabilitasi Sekolah ke Sub Kontraktor

Ancaman penyegelan SMPN 2 Sebatik Barat mengundang keresahan pihak sekolah sebab, saat ini siswa dan siswi sedang melaksanakan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) yang tentunya memerlukan fasilitas ruang belajar.

Para pekerja bangunan meminta 6 ruang kelas belajar (RKB) yang telah rampung dikerjakan sesuai perjanjian ditutup kembali karena pihak PT Syarif Maju Karya sampai hari ini tidak menyelesaikan upah pekerja.

“Saya jelaskan kalau ditutup bagaimana nasib anak-anak, akhirnya mereka menerima penjelasan sekolah dan bersedia membuka pintu kelas,” ujarnya.

Aksi protes kepada PT Syarif Maju Karya bukanlah hal pertama di SMPN 2 Sebatik Barat, Anwar menuturkan beberapa bulan lalu pekerja datang ke beberapa sekolah di Sebatik menutup pintu kelas dengan alasan yang sama.

Penutupan RKB memicu keributan siswa-siswi. Atas kondisi itulah pihak sekolah meminta ke Dinas Pendidikan (Disdik) Nunukan memediasi persoalan dan berharap pihak kontraktor bertanggung jawab terhadap keadaan ini.

“Status sekolah ini masih pinjam pakai karena belum ada penyerahan bangunan dari kontraktor dengan sekolah,” sebutnya.

Dari kedua kejadian serupa ini, Anwar meminta UPT Disdik Nunukan di Sebatik segera menghubungi Dinas Pendidikan di Nunukan untuk menyelesaikan masalah agar tidak lagi terjadi penyegelan RKB.

Sebab, kata Anwar, melunaknya sikap pekerja bangunan membuka kembali pintu sekolah semata-mata memikirkan masa depan anak-anak di perbatasan Indonesia yang wajib mendapatkan hak pendidikan.

“Nasib baik pekerja memberikan keringanan membuka pintu kelas, tapi mereka tetap minta pihak kontraktor cepat menyelesaikan pembayaran,” terangnya.

Nasib serupa dialami SDN 05 Kecamatan Sebatik Barat, sejumlah pekerja datang ke sekolah berniat menyegel empat RKB yang telah rampung dikerjakan namun belum mendapat pembayaran dari pihak kontraktor.

“Sempat disegel berapa jam, tapi dibuka kembali dengan pertimbangan kemanusian bagi anak-anak,” ucap Anwar guru SDN 05 Sebatik Barat

Terhadap persoalan ini, Anwar mengaku pihak sekolah telah melaporkan masalah ke UPT Dinas Pendidikan Sebatik untuk selanjutnya disampaikan ke Dinas Pendidikan di Nunukan.

Sedangkan aktivitas kegiatan belajar yang sempat dihentikan kembali berjalan bersamaan dibukanya pintu RKB, hanya saja pekerja tetap ancaman menutup sekolah jika dalam berapa hari kedepan tidak menerima pembayaran.

“Pekerja bangunan datang marah-marah, tapi mereka tetap memikirkan nasib anak-anak,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Nunukan Ahmad berjanji akan mengkoordinasikan penyelesaian masalah dengan Bakai Prasarana Permukiman Wilayah Kalimantan Utara Bidang Cipta Karya Kalimantan Utara.

“Ini kami lagi koordinasi dengan PUPR dan Balai di Kaltara, apa dan bagaimana penyelesaian masalah kita tunggu dalam waktu dekat ini,” terangnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan

Tag: