Wamenkeu: Disiplin Fiskal adalah Bentuk Kredibilitas Indonesia

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara (handout/Kementerian Keuangan)

JAKARTA.NIAGA.ASIA — Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara meyakini Indonesia memiliki optimisme yang tinggi setelah mengalami pandemi COVID-19. Namun, gerakan dari pemulihan yang meninggalkan scarring effect di dalam masyarakat masih harus diwaspadai.

“Bentuknya adalah naiknya permintaan yang cepat, namun tidak dapat langsung dipenuhi oleh supply yang juga secepat kenaikan permintaan,” kata Suahasil Nazara dalam Orasi Ilmiah Dies Natalis Universitas Padjadjaran (Unpad) ke-65 dan Lustrum XIII Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpad, dengan tema “Mengawal Indonesia melalui Turbulensi Ekonomi Global” secara daring pada hari Sabtu.

Suahasil Nazara menjelaskan ketika supply tidak bisa mengimbangi kenaikan demand, maka yang terjadi adalah kenaikan harga atau inflasi. Namun, situasi geopolitik Rusia dan Ukraina memberikan kejutan yang cukup besar.

“Peningkatan harga-harga menjadi jauh lebih cepat dan kemudian menyebabkan kondisi global inflasi yang meningkat dengan sangat cepat,” ujar Suahasil Nazara.

Pada saat harga meningkat dengan cepat, kata Suahasil Nazara, maka stabilisasi harus dikembalikan. Bank Indonesia maupun seluruh bank sentral dunia sangat memperhatikan kondisi tersebut dengan melakukan upaya-upaya stabilisasi, terutama dengan peningkatan suku bunga dan pengetatan likuiditas secara global.

“Dampak ke Indonesia memang luar biasa. Kita sangat terdampak dengan bergeraknya likuiditas global, kembalinya likuiditas dollar ke Amerika Serikat dan tetap kita masih memiliki disrupsi di sisi supply yang belum sepenuhnya kembali. Inilah yang harus kita tangani bersama,” terang Suahasil Nazara.

Sejak awal pandemi, pemerintah memikirkan mengenai bauran-bauran kebijakan untuk menangani kondisi pandemi pada saat mengalami situasi tekanan yang sangat tinggi, dari sisi virus sekaligus yang memungkinkan pemulihan yang lebih berkelanjutan ke depannya.

“Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter kami rancang terus supaya bisa terus bersinergi. Dari sisi kebijakan fiskal, kami telah berupaya memastikan bahwa defisit yang meningkat selama periode pandemi kita turunkan kembali,” Suahasil Nazara menerangkan.

Untuk itu, Indonesia akan kembali kepada disiplin fiskal yaitu defisit yang di bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Suahasil Nazara meyakini tahun ini defisit dapat mendekati di bawah 3 persen dan tahun depan defisit berada di angka 2,84 persen dari PDB.

“Disiplin fiskal adalah bentuk dari kredibilitas Indonesia. Selama ini Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat kredibel di dalam mengelola pembiayaannya. Defisit kita selalu terukur. APBN adalah alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pembiayaan yang terukur. Kita menangani pembiayaan kita, kita menangani utang kita dengan sangat sangat kredibel di mata internasional,” jelas Suahasil Nazara.

Suahasil Nazara berharap dukungan dari akademisi, termasuk dari FEB Unpad, dapat mendukung upaya pemerintah untuk memulihkan ekonomi Indonesia.

“Saya berharap bahwa teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran juga dapat terus menggaungkan bagaimana kebijakan fiskal, kebijakan moneter, kebijakan macroeconomic management, kebijakan perbankan dan sektor keuangan dapat menangani pandemi yang kita telah lalui hampir 3 tahun terakhir ini,” ujar Suahasil Nazara.

Sumber : Humas Kementerian Keuangan | Editor : Saud Rosadi

 

Tag: