Waspadai Potensi Hujan Lebat Hingga Ekstrem di Samarinda

aa
Petugas mengungsikan warga dari satu perumahan di Bekasi. (Hak atas foto Antara Image caption)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan potensi hujan lebat hingga ekstrem, di kota Samarinda, Kalimantan Timur, yang bisa berdampak banjir.

Dasarian III bulan November 2019 lalu, Kalimantan Timur masuk musim penghujan. Sedangkan, peningkatan curah hujan dari biasanya, mulai terjadi Desember 2019 – Januari 2020.

“Tetap waspada untuk wilayah Samarinda. Karena intensitas sedang, atau lebat, biasanya kan terjadi genangan sampai banjir,” kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Samarinda Riza Arian Noor, Senin (6/1).

Riza mencontohkan, curah hujan rata-rata 70 mm jelang akhir Desember 2019 lalu, sudah mengakibatkan banjir akibat luapan DAS Karang Mumus. “70an mm saja sudah begitu kondisinya. Ini warning luar biasa. Seratus milimeter saja, atau lebih, dampaknya bisa lebih dari kemarin itu,” sebut Riza.

Banjir saat melumpuhkan kawasan bisnis di Jalan KH Hasan Basri, kawasan restoran KFC-Hotel Midtown medio Juni 2019 lalu. (foto : Niaga Asia)

Riza menjelaskan, BMKG dalam hal ini memprakirakan puncak musim hujan. Untuk intensitas, bergantung pada dinamika atmosfir, sehingga diharapkan tetap mewaspadai hujan lebat.

Untuk diketahui, banjir besar Jabotabek, BMKG mencatat curah hujan tertinggi di Jakarta 377 mm dan masuk kategori ekstrem. BMKG juga sebelumnya telah meneluarkan peringatan, curah hujan besar di akhir Desember 2019.

“Bisa saja (curah hujan ekstrem terjadi di Samarinda). Meski itu frekuensi hujan yang tidak akan terulang, dan di luar kebiasaan,” terang Riza.

“Yang perlu dikhawatirkan juga, akumulasi hujan terus menerus bisa berakibat genangan. Misalkan tadi, curah hujan rata-rata 70 mm tiga hari berturut-turut, bisa jadi masalah di Samarinda. Jadi, sekali lagi, bagi stakeholder, langkah mitigasi seperti apa. Jangan kaget tiba-tiba air naik setelah hujan lebat,” jelas Riza.

Untuk diketahui, banjir besar di Samarinda, terjadi Juni 2019 lalu. Ketinggian air hingga 1,5 meter terjadi di sejumlah kelurahan di 3 kecamatan di Samarinda. Tercatat, sekitar 56 ribu jiwa jadi korban banjir 2 pekan, sehingga memaksa Pemkot Samarinda menetapkan tanggap darurat 2 pekan.

Banjir besar akibat luapan DAS Karang Mumus itu, nyaris meluas. Sejak Minggu (22/12), sekitar 652 rumah terendam banjir selama 5 hari. Luapan DAS Karang Mumus, disebabkan meningkatnya debit Bendungan Benanga, pascaguyuran hujan 3 hari berturut-turut. (006)